Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rand Afrika Selatan mengalami pelemahan pada hari Senin setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif tambahan 10% terhadap negara-negara yang bersekutu dengan BRICS.
Pernyataan ini memicu kekhawatiran pelaku pasar, terutama menjelang tenggat 9 Juli yang ditetapkan Washington untuk pengumuman tarif final.
Trump: “Tak Ada Pengecualian untuk Negara Anti-Amerika”
Dalam unggahannya di platform Truth Social pada Minggu malam, Trump menyatakan bahwa negara-negara yang "bersekutu dengan kebijakan anti-Amerika" dari BRICS akan dikenakan tarif tambahan sebesar 10%. Ia menekankan bahwa tidak akan ada pengecualian terhadap kebijakan ini.
Sebagai respons, pada pukul 11:44 GMT, rand tercatat diperdagangkan di level 17,7450 per dolar AS, turun sekitar 1% dari penutupan hari Jumat, dan menghapus sebagian dari penguatan yang terjadi pekan lalu.
Baca Juga: Trump Ancam Anggota BRICS dengan Tarif Tambahan 10%, Bagaimana Nasib Indonesia?
Pemerintah Afrika Selatan Membantah Sikap Anti-AS
Pemerintah Afrika Selatan segera menanggapi pernyataan Trump dengan menyatakan bahwa keikutsertaan dalam BRICS bukanlah bentuk penentangan terhadap Amerika Serikat.
“BRICS adalah upaya menuju multilateralisme yang direformasi, bukan gerakan anti-Amerika,” tegas pernyataan resmi Pretoria.
Namun demikian, ancaman tarif baru tetap menjadi perhatian serius. Menurut Annabel Bishop, Kepala Ekonom Investec, pengenaan tarif tambahan akan semakin membebani daya saing ekspor Afrika Selatan.
“Rand diperkirakan akan tetap bergejolak hingga akhir Juli dan awal Agustus,” ujarnya.
Afrika Selatan Tawar-menawar dengan AS Demi Ekspor Strategis
Afrika Selatan saat ini tengah berupaya keras untuk mencapai kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat, menyusul pengenaan tarif 31% oleh Trump pada April lalu terhadap sejumlah impor dari negara tersebut.
Presiden Cyril Ramaphosa telah bertemu dengan Trump di Gedung Putih pada Mei lalu untuk merundingkan pembebasan tarif atas ekspor strategis, termasuk mobil, suku cadang mobil, baja, dan aluminium. Sebagai imbalannya, Afrika Selatan menawarkan untuk membeli gas alam cair (LNG) dari AS dalam jangka waktu 10 tahun.
Baca Juga: Hadiri KTT BRICS 2025, Prabowo Tegaskan Posisi Strategis Indonesia di Tingkat Global
Menurut catatan ETM Analytics, Afrika Selatan masih memiliki posisi tawar yang kuat, terutama karena peran kuncinya di sektor pertambangan dan sebagai produsen platinum terbesar dunia, serta potensinya dalam pasokan mineral tanah jarang (rare earth minerals) yang semakin dibutuhkan secara global.
Pasar Finansial Ikut Terteka
Ketidakpastian seputar kebijakan tarif ini juga memengaruhi pasar modal. Indeks Top-40 Bursa Saham Johannesburg (JSE) tercatat melemah 0,1% pada sesi perdagangan terakhir.
Sementara itu, obligasi pemerintah Afrika Selatan bertenor 2035 juga melemah, dengan imbal hasil naik 9,5 basis poin menjadi 9,835%.