Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Google menemukan sejumlah eksekutif perusahaan menjadi sasaran serangan siber yang secara khusus mengincar data yang dikelola oleh Oracle.
Dalam laporan terbarunya, Google mengungkapkan adanya gelombang serangan siber menggunakan metode email pemerasan yang dikirim ke sejumlah eksekutif perusahaan.
Dilansir dari Reuters, pelaku mengirimkan email berisi klaim bahwa mereka telah mencuri data sensitif dari sistem Oracle E-Business Suite milik perusahaan-perusahaan tersebut.
Untuk sementara, Google memperingatkan bahwa saat ini pihaknya tidak memiliki cukup bukti untuk menilai secara pasti kebenaran klaim tersebut.
Baca Juga: OpenAI, Oracle, dan SoftBank Bangun 5 Pusat Data AI Baru di AS
Mengaku Terkait dengan Kelompok Peretas Cl0p
Google mengatakan, sebuah kelompok yang mengaku berafiliasi dengan geng ransomware Cl0p mengaku telah mencuri data sensitif dari Oracle E-Business Suite.
"Kampanye serangan email tersebut bervolume tinggi tetapi menolak untuk membagikan detail lebih lanjut," kata Google dalam pernyataannya.
Sementara itu, dalam email kepada Reuters, Cl0p mengatakan para peretasnya tidak siap membahas rincian mengenai masalah tersebut saat ini.
Dilansir dari Cyber Daily, Cl0p adalah organisasi kriminal siber yang dikenal lewat teknik pemerasan berlapis dan kemampuan distribusi malware skala global.
Organisasi ini disebut telah memeras lebih dari US$ 500 juta dalam pembayaran tebusan, menargetkan berbagai organisasi besar di seluruh dunia.
Baca Juga: Oracle dan Investor AS Kuasai Saham Mayoritas TikTok di Amerika Serikat
Kepala Pusat Penelitian Ransomware di perusahaan keamanan siber Halcyon, Cynthia Kaiser, mengatakan pihaknya telah melihat tuntutan pemerasan mulai dari jutaan hingga puluhan juta dolar, dengan yang tertinggi mencapai US$ 50 juta.
Kaiser menjelaskan, ada perselisihan dalam hubungan antara Cl0p dengan kelompok peretas data Oracle terbaru, namun Halcyon mengatakan ada indikasi awal bahwa para pelaku berpotensi terhubung dengan kelompok tersebut.
"Terdapat banyak tumpang tindih di antara semua kelompok ini, dan ada peniru di seluruh ekosistem," kata Kaiser.
Hingga saat ini, pihak Oracle masih belum memberikan komentar terkait aksi peretasan massal tersebut.
Baca Juga: Kesepakatan TikTok di AS Makin Dekat, Oracle dan Silver Lake Jadi Salah Satu Investor
Tonton: Diduga Keracunan MBG, Seorang Siswi di Bandung Barat Meninggal Dunia!