Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Orang kaya asal Vietnam, Pham Nhat Vuong, mempertaruhkan sebagian besar kekayaannya untuk menggelontorkan banyak dana pada industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Pham disebut-sebut masih akan sulit mengikuti nasib pendiri Tesla Inc, Elon Musk.
Seperti diketahui, Elon Musk yang telah berdarah-darah memulai bisnis EV, kini akhirnya bisa menuai hasil yang sangat memuaskan. Namun, tampaknya jalan Pham masih akan begitu lama meraih hal tersebut.
Melansir Yahoo! Finance, Senin (8/5), Pham merupakan pemilik Vingroup JSC itu mempunyai perusahaan mobil, VinFast. Perusahaan Pham telah mengajukan penawaran umum perdana (IPO) setahun lalu dan telah menunda rencana untuk melantai di bursa saham Amerika Serikat (AS).
Vingroup JSC dan pemberi pinjaman telah mengerahkan dana sebesar US$ 8,2 miliar untuk mendanai biaya operasional dan belanja modal perusahaan mobil tersebut selama enam tahun terakhir.
Adapun hasil dari semua investasi yang dilakukan sangat kecil. Buktinya, VinFast hanya menjual 93.000 kendaraan dan 162.000 skuter listrik.
Baca Juga: Dorong Ekspansi Global, Vinfast Akhirnya Ajukan IPO di Bursa Saham AS
Terkait hal itu, Vuong dikabarkan baru saja melipatgandakan investasinya dengan menyediakan dana sebesar US$ 2,5 miliar untuk VinFast. Adapun US$ 1 miliar di antaranya berasal dari dirinya sendiri. Pada bulan ini, perusahaan tersebut berencana untuk mulai mengirimkan kendaraan sport utility vehicle VF 8 kepada pelanggan di AS.
Namun, dia menghadapi permasalahan baru, yakni masih belum jelasnya produk SUV Vinfest tersebut akan menarik perhatian publik di pasar mobil listrik yang kini makin ketat. Ditambah, baru-baru ini Tesla telah memangkas harga penjualan kendaraan EV.
Hal itu tentu membuat perusahaan Pham harus mengeluarkan biaya besar agar orang Amerika terbiasa dengan merek VinFast. Biaya tersebut juga diupayakan untuk membangun jaringan distribusi dan ritel kendaraan.
Seorang profesor dari Pusat Studi Keamanan Asia Pasifik, Alexander Vuving, berpendapat perusahaan Pham kemungkinan besar akan membutuhkan kocek yang lebih dalam untuk menanggung kerugian selama bertahun-tahun demi mengembangkan produk VinFast.
Berdasarkan Bloomberg Billionaires Index, Vuong memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 3,9 miliar. Setelah memulai bisnis VinFast, Vuong berbicara secara terbuka tentang ambisinya untuk menjual mobil di pasar AS dan kesediaannya untuk menghabiskan sebanyak US$ 2 miliar hanya untuk mencapai tujuan tersebut.
VinFast lantas menjadi sorotan pada tahun lalu, bahwa mereka akan berhenti membuat mobil bertenaga gas. Pada Maret, Presiden AS Joe Biden memuji rencana VinFast untuk membangun pabrik mobil listrik senilai US$ 4 miliar di North Carolina. Bulan berikutnya, perusahaan itu mengajukan IPO secara rahasia.
Namun, ada masalah yang muncul pada saat itu. Michael Lohscheller, seorang veteran eksekutif otomotif yang dipekerjakan dari produsen mobil terkemuka Jerman, Opel, hanya bertahan selama beberapa bulan sebagai kepala eksekutif global VinFast. Perusahaan mengatakan pada Desember 2021, Lohscheller mengundurkan diri karena alasan pribadi.
Beberapa minggu setelah pengajuan IPO secara rahasia, Vuong kemudian mengatakan dalam rapat pemegang saham Vingroup bahwa VinFast mungkin akan menunda IPO hingga 2023 dengan alasan masalah rantai pasokan dan ketidakpastian pasar.
Baca Juga: VinFast Vietnam Kirim Kendaraan Listrik Pertama ke Pelanggan di Amerika Serikat