Sumber: Yahoo Finance | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Orang terkaya di China, Zhong Shanshan, kembali mendapati dirinya dalam situasi yang memusingkan. Pengguna media sosial nasionalis Tiongkok menuduh merek air kemasannya, Nongfu Spring, memiliki kecenderungan pro-Jepang.
Zhong Shanshan dikenal memahami pentingnya reputasi perusahaan. Dia mendirikan Nongfu Spring dengan klaim bahwa air yang mereka kemas berasal langsung dari sumbernya, yang menurutnya membuatnya lebih unggul daripada pesaingnya.
Dia bahkan pernah mengatakan dalam sebuah wawancara pada tahun 2015 bahwa reputasi suatu perusahaan dalam ekonomi pasar jauh lebih berharga daripada aset tetapnya, karena jika reputasi buruk, tidak akan ada yang mau membeli produknya.
Baca Juga: Kekayaan Orang Super Tajir China Termasuk Jack Ma Menguap Akibat Perlambatan Ekonomi
Namun, Nongfu Spring sekarang menghadapi konsekuensi dari klaim ini. Merek tersebut menjadi sasaran serangan dari pengguna media sosial nasionalis di China, yang menuduhnya bersimpati pada Jepang.
Di platform media sosial China, pengguna memposting video mereka menuangkan air Nongfu ke dalam toilet atau menggunakannya untuk membersihkan lantai. Mereka mengklaim bahwa Nongfu memperlihatkan ciri-ciri gaya Jepang pada desain botolnya.
Meskipun Nongfu Spring membantah tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa desain kemasannya terinspirasi dari arsitektur kuil Tiongkok, kehebohan di media sosial telah menimbulkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Penjualan Nongfu telah menurun dalam dua minggu terakhir.
Baca Juga: Regulasi Xi Jinping Menggerus Kekayaan Miliarder Teknologi China
Kematian pendiri merek pesaing, Wahaha, Zong Qinghou, juga memperumit situasi. Beberapa pihak menuduh Zhong Shanshan meremehkan Zong, yang dulunya adalah mitra bisnisnya. Hal ini memicu hiruk pikuk lebih lanjut di media sosial.
Dampak negatif dari serangan di media sosial terhadap Nongfu Spring juga memberikan keuntungan bagi pesaingnya, Wahaha. Pengguna media sosial membagikan posting tentang diri mereka mengonsumsi produk Wahaha sambil mendesak orang lain untuk mendukung merek tersebut daripada Nongfu.
Ini bukan kali pertama pengguna media sosial Tiongkok menyerang merek asing atau domestik. Sebelumnya, merek seperti Dolce & Gabbana dan H&M pernah menjadi target atas klaim meremehkan Tiongkok atau keputusan kontroversial.
Baca Juga: Dapat tekanan dari pemerintah, sejumlah miliarder China ini alami penurunan kekayaan
Namun, protes terhadap Nongfu Spring menunjukkan bahwa merek dalam negeri juga rentan terhadap kritik nasionalis. Bahkan Huawei, yang merupakan pemimpin teknologi di China, harus menjawab pertanyaan di media sosial tentang pemilihan nama untuk prosesor ponsel pintarnya yang diambil dari nama makhluk mitos Jepang.