Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Otoritas Penerbangan Amerika Serikat atau The US Federal Aviation Administration (FAA) melarang operator penerbangan AS melintas di wilayah udara Irak, Iran, Teluk Oman serta perairan antara Iran dan Arab Saudi. Larangan ini dikeluarkan setelah Iran melancarkan serangan rudal ke pangkalan militer AS di Irak.
Teheran menembakkan lebih dari selusin rudal balistik dari wilayah Iran terhadap setidaknya dua pangkalan militer Irak yang menampung personel pasukan koalisi yang dipimpin AS pada Rabu (8/1) dini hari.
Baca Juga: Poling terbaru: 71% warga AS yakin AS segera berperang dengan Iran
Seperti dikutip Reuters, FAA menyebutkan pihaknya mengeluarkan larangan terbang di wilayah udara tersebut karena aktivitas militer yang meningkat dan meningkatnya ketegangan politik di Timur Tengah, menghadirkan risiko yang tidak disengaja untuk operasi penerbangan sipil AS.
Beberapa maskapai non-AS memiliki penerbangan di beberapa bagian Irak dan Iran pada saat itu, menurut data FlightRadar24. Mereka tidak terpengaruh langsung oleh larangan FAA, tetapi operator asing dan regulator nasional mereka biasanya mempertimbangkan saran AS dengan hati-hati ketika memutuskan ke mana harus terbang.
Sebelum panduan terbaru, FAA telah melarang maskapai penerbangan AS terbang di bawah 26.000 kaki di atas Irak dan terbang di atas wilayah udara Iran serta di atas Teluk dan Teluk Oman sejak Iran menembak jatuh drone AS pada Juni tahun lalu.
Singapore Airlines menyatakan setelah serangan terhadap pangkalan AS di Irak, semua penerbangannya akan dialihkan dari wilayah udara Iran.
Maskapai penerbangan mengambil langkah-langkah untuk membatasi ancaman pada pesawat mereka setelah Malaysia Airlines Penerbangan MH17 ditembak jatuh pada tahun 2014 oleh rudal di wilayah udara atas Ukraina dan menewaskan semua 298 orang di dalamnya.
Baca Juga: Analis: Perang Dunia III sepertinya akan segera dimulai, Irak Jilid II bisa terjadi
Tim penerbangan internasional telah diaktifkan untuk mendukung "koordinasi dan komunikasi yang efektif" antara maskapai dan negara ketika ketegangan meningkat di Timur Tengah setelah serangan pesawat tak berawak A.S. menewaskan seorang komandan militer Iran, demikian pernyataan badan penerbangan global IATA pada Selasa (7/1).
Maskapai penerbangan dan agen penerbangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mulai memantau wilayah udara strategis di atas Iran dan Irak.
Dengan beberapa operator komersial masih melayani negara-negara tersebut dan yang lain terbang di atas wilayah udara mereka, International Air Transport Association (IATA) juga mengeluarkan pernyataan yang mengingatkan tentang kewajiban mereka untuk mengomunikasikan risiko potensial terhadap penerbangan sipil.
Baca Juga: Iran balas dendam, Donald Trump panggil Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan
"Sangat penting bahwa negara-negara memenuhi kewajiban ini karena ketegangan di Timur Tengah meningkat," tulis IATA.
Pada Senin (6/1), Jerman menerbitkan peringatan baru untuk Irak, yang menunjukkan daerah-daerah yang mengkhawatirkan bagi lalu lintas penerbangan.
Wilayah udara yang dikendalikan Iran dan Irak dipandang strategis untuk penerbangan komersial di Timur Tengah.
Jika ada kebutuhan untuk menutup wilayah udara, penerbangan harus dialihkan yang akan menyebabkan kemacetan yang lebih besar dan biaya bahan bakar.
Baca Juga: Bursa Asia ambrol di tengah kekhawatiran konflik AS-Iran