Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Direktur Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NCSC) William Evanina menuduh Rusia, China, juga Iran berusaha mencegah AS mendapatkan dan menggunakan vaksin virus corona baru.
Dalam sebuah wawancara dengan Hearst Television, Evanina menuduh "negara asing" berusaha mencegah AS mendapatkan vaksin terlebih dahulu.
"Tapi, begitu kita melakukannya, mereka pasti akan mencegah kita untuk mencoba memasukkannya ke tangan," katanya seperti dilansir kantor berita TASS. "China, Rusia, dan Iran berusaha mencegah kami mendapatkan vaksin".
Hanya, Evania tidak memberikan bukti untuk mendukung klaimnya.
Selain itu, menurut Evanina, taktik Rusia berubah dibandingkan dengan 2016.
Baca Juga: Rekor! WHO catat kenaikan harian tertinggi kasus virus corona global, Eropa memimpin
"Perubahannya adalah Rusia tidak lagi menggunakan sebagian besar proxies and bots dan troll farms mereka sendiri, karena mereka tertangkap. Mereka sekarang mengambil informasi dari warga dan negara AS, dan mereka mengambil dan memperkuatnya," sebut dia.
Troll farms maksudnya kelompok troll internet yang dilembagakan, yang bertujuan untuk mencampuri opini politik dan pengambilan keputusan.
Manfaatkan diagnosis Covid-19 Trump
Pada Juli lalu, Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris (NCSC) juga mengklaim, peretas yang bekerja untuk dinas intelijen Rusia berusaha mencuri informasi tentang pengembangan vaksin virus corona di Inggris, Kanada, dan AS.
Ketika itu, juru bicara Kremlin alias Kantor Presiden Rusia Dmitry Peskov menyebut klaim Inggris itu tidak berdasar.
Baca Juga: Gedung Putih pastikan Donald Trump bisa kembali beraktivitas normal Sabtu ini
Evanina mencurigai musuh AS mencoba memanfaatkan diagnosis Covid-19 Presiden Donald Trump saat ini. Dia sekali lagi menuduh Rusia, China, dan Iran mencampuri proses pemilihan presiden AS.
"Saya pikir, itu adalah luka terbuka bagi musuh kita untuk memanfaatkan tidak hanya Covid-19, tapi sekarang presiden telah didiagnosis (Covid-19), itu memberi mereka kesempatan, untuk sekali lagi, tidak hanya meningkatkan, memperburuk, dan memperkuat pesan di kedua sisi (calon presiden dari Partai Demokrat dan Republik)," katanya.
"Kami akan terus melihat aktivitas yang lebih agresif dari musuh kami terhadap Presiden sehubungan dengan situasi COVID-nya. Jadi, itu masalah bagi kami di tingkat keamanan nasional," ujar dia.
"Saya pikir, mengoreksi informasi, memberikan skenario yang benar kepada rakyat Amerika sangat penting, sehingga musuh asing kita tidak mengekstrapolasi informasi yang salah," imbuh Evanina.
Ketika ditanya apakah negara lain berusaha mempengaruhi proses pemilihan di Amerika Serikat, Evanina menyebut Arab Saudi, Venezuela, Kuba dan Turki.