Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Permintaan robot meningkat saat pandemi virus corona. Robot dinilai menjadi pelayan paling tepat dan efisien saat krisis kesehatan seperti sekarang ini.
Pekerjaan transportasi, disinfektan dan lainnya menggunakan robot akan membantu mengurangi kontak manusia dan mendukung sistem perawatan medis di banyak negara. Mesin-mesin ini menggantikan pekerja dan lebih pintar karena dibantu sistem kecerdasan buatan. Nikkei Asia Review menulis, pasar robot secara global memiliki potensi ¥ 4 triliun sekitar US$ 37 miliar dalam beberapa tahun mendatang.
Baca Juga: Digantikan Mesin, Penyerapan Tenaga Kerja Makin Rendah
Karena itu, perusahaan dari Amerika Serikat (AS), China, Jepang, dan tempat lain bergegas mengkomersialkan robot. Bahkan produk ini menjadi kunci kesuksesan di tengah persaingan yang semakin ketat sebagai respons kebutuhan pasar.
Salah satu bidang yang cepat menerima adalah pengiriman tanpa kontak. Pada awal April, Venezia's, restoran pizza di Arizona, AS telah menggunakan 11 robot pengiriman kecil untuk mengirim pizza miliknya. Robot yang diproduksi oleh startup AS Starship Technologies ini memungkinkan pizza diletakkan pada kendaraan dengan palet tertutup tak berawak dan mengirimkan ke rumah pelanggan.
Sejak pertengahan Maret di AS telah mengeluarkan perintah pembatasan pergerakan orang dan melarang restoran beroperasi. Hal paling mungkin adalah layanan takeout dan pengiriman.
Baca Juga: Kirigami menginspirasi ilmuwan merancang struktur soft robot
Venezia pun terpaksa membatasi operasi. Seorang manajer di restoran pizza tersebut seperti dikutip Nikkei mengatakan, kehadiran robot pengiriman, maka pengiriman pizza sudah tanpa kontak. Layanan pengiriman tanpa kontak semakin populer di kalangan pelanggan.
Starship Technologies mengatakan, permintaan robot untuk pengiriman tanpa kontak telah meningkat tajam selama beberapa minggu terakhir. Robot semacam tersebut juga telah digunakan di Washington untuk pengiriman toko makanan dan di California untuk pengiriman teh susu tapioka yang telah digunakan sejak akhir Maret.
Startup Cina Pony.ai juga memulai layanan pengiriman makanan menggunakan mobil self-driving di California yang bermitra dengan perusahaan belanja online lokal. Sebanyak 10 mobil tanpa pengemudi akan digunakan untuk mengantarkan makanan ke depan pintu pelanggan.
Gerakan menggantikan pekerja manusia dengan robot menyebar di berbagai belahan dunia. Salah satu contoh penting adalah pekerjaan desinfeksi yang dilakukan oleh robot keamanan untuk mencegah infeksi kontak atau tetesan.
Baca Juga: Peneliti jiplak lebah menciptakan robot yang bisa berenang dan terbang
Hal tersebut telah dihasilkan oleh Mira Robotics, pengembang robot asal Kawasaki, Prefektur Kanagawa, dekat Tokyo, Jepang. Mira Robotics menggunakan perangkat layanan ugo sebuah robot dengan lengan dan dapat dioperasikan dari jarak jauh.
Sejak Maret 2020, perusahaan telah menerima lima klien potensial di dalam dan luar Jepang. CEO Mira Robotics Ken Matsui mengatakan, menerima pertanyaan dari Perancis, Singapura dan tempat lain tentang apakah robot yang dihasilan dapat digunakan untuk sterilisasi.
"Kami sedang melanjutkan pekerjaan pengembangan untuk membuat robot mengatasi pekerjaan disinfeksi," terang Matsui seperti dikutip Nikkei Asia Review. Perusahaan ini berencana memproduksi massal dan membuat 10 robot ugo dalam tahun ini mulai pada 1 April.
ZMP, pengembang robot Jepang lainnya yang berbasis Bunkyo Ward, Tokyo mengatakan telah memiliki robot dengan fungsi penyemprotan disinfektan. Robot keamanan Patoro dapat mengendalikan diri berdasarkan informasi lokasi dari kamera dan sensor. Robot keamanan dapat menyemprotkan disinfektan pada pagar dan tempat lain sambil berpatroli di dalam ruangan.
Baca Juga: Perusahaan teknologi di China gotong royong melawan virus corona
ZMP telah mengkomersilkan robot, melengkapinya dengan fungsi penyemprotan disinfektan.
China tampaknya lebih memimpin dalam persaingan menyediakan layanan robot di tengah pandemi. China telah mengembangkan robot bahkan sebelum wabah.
Sejak wabah dimulai, China telah mengoperasikan robot untuk mendukung sistem perawatan medis. Di Wuhan, tempat wabah Covid 19 dimulai, robot yang mengemudi sendiri lebih sering digunakan daripada manusia di rumahsakit untuk mengantarkan makanan ke bangsal isolasi dan untuk mendisinfeksi.
Sebuah rumah sakit di Shenzhen, China juga telah sepenuhnya beralih ke robot yang dilengkapi AI untuk memeriksa suhu pengunjung dan menawarkan layanan penerimaan. Robot dikembangkan oleh Robotika UBTECH yang berbasis di Shenzhen.
Robotica ini menggunakan kamera dan sensor untuk mengenali wajah pasien di meja resepsionis dan langsung mengukur suhu kulit.
Seorang juru bicara Robotica UBTECH mengatakan, robot tersebut dapat mengukur suhu 200 orang sehari melalui teknologi pengenalan gambar. Robot ini telah mengurangi beban staf medis di tengah kekurangan tenaga kerja yang serius.
Baca Juga: Riset Accenture: Setengah dari perusahaan Forbes 500 jatuh akibat disrupsi digital
Penggunaan drone untuk mengirimkan pasokan medis juga telah dimulai. Antwork, perusahaan asal Hangzhou, Zhejiang, China telah menghasilkan robot yang mengangkut alat uji dengan pesawat tak berawak ke rumahsakit di kota Shaoxing pada Februari.
Menurut Antwork, penggunaan drone cocok untuk pengiriman paket yang ringan dan lebih mendesak. Antwork menyebut secara signifikan mengurangi waktu pengiriman dibandingkan transportasi yang menggunakan jalan biasa.
Antwork mendukung layanan pos menggunakan drone di daerah berpenduduk jarang, seperti daerah pegunungan. Pada akhir 2019, perusahaan ini juga memperoleh lisensi dari otoritas China untuk menerbangkan drone di daerah perkotaan.
Pergerakan alat uji oleh drone di Shaoxing pertama kali Antwork mengkomersialkan layanan pengiriman drone di daerah perkotaan. Secara tradisional, robot telah dioperasikan oleh personel terlatih di ruang tertutup seperti pabrik.
Dalam beberapa tahun terakhir, robot yang menggunakan AI juga akan digunakan untuk menggantikan pekerja manusia di tempat-tempat umum seperti rumahsakit, stasiun, kantor dan restoran.
Robot AI yang mengisi peran selama virus corona cenderung menjadi lebih akrab di masyarakat dan digunakan lebih luas. Dengan lebih sedikit pekerja manusia yang tersedia karena terkunci dan sakit, kemungkinan akan ada peningkatan permintaan robot.
Fuji Keizai, perusahaan riset pasar yang berbasis di Tokyo, memperkirakan sebelum wabah virus corona pasar global untuk robot akan berkembang sekitar 2,6 kali sepanjang 2018 - 2025, mencapai sekitar ¥ 4,5 triliun. Pasar robot akan lebih banyak untuk logistik dan pengangkutan. Kendaraan terpadu otomatis seperti di gudang dan peritel online.
Baca Juga: Duh, Adidas akan menutup dua pabrik canggih bertenaga robot
Permintaan untuk robot pengiriman juga akan meningkat. Boston Consulting Group memperkirakan, akan ada kekurangan sekitar 240.000 pengemudi truk di Jepang pada tahun 2027 karena banyak pengemudi yang sudah tua pensiun. Permintaan yang kuat juga diharapkan dapat membawa barang dan menghemat tenaga manusia di restoran dan rumahsakit.
Tantangan utama peningkatan penggunaan layanan robot AI adalah biaya tinggi. Pengembang properti Mori Trust sedang mempertimbangkan untuk menggunakan robot semacam itu untuk menebus kekurangan tenaga kerja di Jepang, tetapi robot yang menggunakan teknologi self-driving bisa seharga ¥ 1 juta menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Sementara, industri di China tampaknya memiliki keunggulan. Karena robot yang diproduksi secara massal dengan biaya lebih rendah.