Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kombinasi berbagai faktor membuat para ahli memperkirakan eskalasi akan terjadi pada tahun 2024.
Taiwan pernah menentang keinginan Tiongkok dengan terpilihnya calon presiden Partai Progresif Demokratik (DPP) Lai Ching-te pekan lalu, yang skeptis terhadap ambisi China terhadap pulau tersebut. Sebagian besar pakar memperkirakan Beijing akan mengubah pendekatannya sebagai reaksi terhadap pemilu tersebut.
China menyebut Lai sebagai separatis yang berbahaya dan menyebut pemilu yang dimenangkannya sebagai pilihan antara perdamaian atau perang.
Setelah pemilihannya, belum terjadi lagi komunikasi antara Lai dan pejabat Beijing.
Baca Juga: Pembuat Mainan Mencari Pabrik di Luar China
Jika terjadi perang...
Perang yang memperebutkan Taiwan diprediksi akan menimbulkan kerugian besar berupa pertumpahan darah dan harta.
Bloomberg Economics memperkirakan biaya perang China-Taiwan bisa mencapai US$ 10 triliun atau Rp 155,63 kuadriliun (kurs Rp 15.562).
Mengutip Bloomberg, angka itu setara dengan sekitar 10% PDB global.
Meningkatnya kekuatan ekonomi dan militer China, meningkatnya rasa identitas nasional Taiwan, dan hubungan yang retak antara Beijing dan Washington menunjukkan bahwa kondisi krisis sudah siap terjadi.