Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham global melemah pada perdagangan Selasa (14/10/2025).
Sementara aset aman seperti emas dan obligasi menguat, seiring meningkatnya kekhawatiran investor atas ketegangan baru antara Amerika Serikat (AS) dan China menjelang pertemuan bilateral yang bertujuan mencapai kesepakatan dagang jangka panjang.
Sebelumnya, pasar sempat melanjutkan rebound dari sesi perdagangan Senin setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan Presiden Donald Trump masih dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan pada 31 Oktober mendatang.
Baca Juga: Bursa China Terkoreksi, Hang Seng Jatuh 7 Hari Beruntun di Tengah Memanasnya AS–China
Namun pernyataannya kepada Financial Times justru menambah kekhawatiran, setelah ia menuduh Beijing berupaya merusak perekonomian global.
Mulai Selasa ini, AS dan China sama-sama memberlakukan biaya pelabuhan baru terhadap perusahaan pelayaran laut yang mengangkut berbagai komoditas, mulai dari mainan hingga minyak mentah.
“Kedua pihak sedang melakukan manuver jelang pertemuan November — meningkatkan ketegangan untuk kemudian menurunkannya,” ujar Marc Velan, Kepala Investasi Lucerne Asset Management di Singapura.
“Keduanya tak mampu menanggung risiko perang dagang menjelang pemilu sela AS.”
Baca Juga: Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia Dukung Kemerdekaan Palestina
Indeks saham Eropa yang sempat mencetak rekor bulan ini turun 0,7%, mengikuti pelemahan di pasar Asia, terutama di saham-saham teknologi.
Indeks Futures S&P 500 dan Nasdaq terkoreksi 1%, mengindikasikan reli pada awal pekan kemungkinan tidak akan berlanjut.
Menurut Kepala Ekonom Investec, Philip Shaw, langkah terbaru antara AS dan China lebih bersifat strategis menjelang negosiasi, bukan awal dari konfrontasi baru.
“Masih ada ketidakpastian, tapi setelah reli besar di pasar saham global, koreksi kali ini lebih merupakan aksi ambil untung daripada peningkatan kecemasan,” ujarnya.
Pada perdagangan Senin, indeks utama Wall Street sempat menguat hingga 2,2%, dipimpin oleh saham semikonduktor.
Setelah Trump melunak dalam retorika perdagangannya terhadap China membalikkan kepanikan pasar pada Jumat sebelumnya ketika ia mengumumkan tarif 100% terhadap produk asal China.
Baca Juga: AS-China Memanas, Bursa Asia Anjlok ke Level Terendah 2 Pekan pada Selasa (14/10)
Aset Aman Menguat, Emas Cetak Rekor Baru
Tingginya kekhawatiran pasar mendorong investor beralih ke aset aman. Harga emas naik 0,7% ke US$ 4.140 per ons troi, mendekati rekor tertinggi baru di level US$ 4.179,48.
Sebaliknya, harga bitcoin yang cenderung bergerak searah dengan aset berisiko turun 3,5% menjadi US$ 111.793.
Di pasar valuta asing, dolar AS menguat terhadap mata uang berisiko seperti poundsterling dan dolar Australia, yang masing-masing melemah 0,5% dan 0,9%.
Yen Jepang yang dikenal sebagai mata uang safe haven menguat tipis 0,1% ke 152,04 per dolar AS.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 3 basis poin ke 4,02%, sementara yield obligasi dua tahun yang lebih sensitif terhadap ekspektasi suku bunga turun 4,6 basis poin ke 3,48%, penurunan dua hari terbesar sejak awal Agustus.
Baca Juga: IHSG Ditutup Melemah ke 8.066,5, PGEO, BRPT, INCO Jadi Top Losers LQ45 pada Hari Ini
Analis Danske Bank menilai, setiap peningkatan ketegangan dagang hanya akan memperbesar peluang bank sentral AS (Federal Reserve) mempercepat rencana pemangkasan suku bunga untuk menopang pasar tenaga kerja.
Sementara itu, euro melemah 0,1% ke US$ 1,1554 setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak desakan mundur dari oposisi, di tengah ancaman dua mosi tidak percaya terhadap pemerintahannya.
Harga minyak Brent juga turun 1,7% ke US$ 62,63 per barel, setelah laporan OPEC menunjukkan pasokan global tahun depan diperkirakan seimbang dengan permintaan — berbalik dari proyeksi sebelumnya yang memperkirakan defisit pasokan.