Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar saham Asia bergerak melemah pada perdagangan Selasa (14/10/2025) di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Kekhawatiran investor terhadap hubungan kedua ekonomi terbesar dunia itu membuat indeks saham emerging markets Asia turun ke posisi terendah dalam dua pekan terakhir.
Indeks MSCI untuk saham pasar berkembang Asia merosot 1,4% ke level terendah sejak 30 September.
Baca Juga: Eksportir Tekstil India Cari Pasar Baru di Eropa Usai Trump Naikkan Tarif hingga 50%
Padahal, indeks sempat naik hingga 1% di awal sesi perdagangan setelah Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan Presiden Donald Trump masih dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping akhir bulan ini, meski diwarnai ancaman tarif baru dan pembatasan ekspor.
Namun, optimisme awal itu memudar setelah AS dan China resmi mulai memberlakukan pungutan port fees terhadap perusahaan pelayaran yang mengangkut berbagai komoditas — mulai dari mainan hingga minyak mentah.
Situasi kian tegang setelah China menjatuhkan sanksi terhadap lima anak usaha Hanwha Ocean asal AS, yang membuat saham perusahaan galangan kapal Korea Selatan itu anjlok lebih dari 5%.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Acuan Anjlok 1,6% Menuju Level Terendah dalam 5 Bulan
Akibatnya, indeks KOSPI Korea Selatan berbalik arah dan turun 0,6% setelah sempat menyentuh rekor tertinggi di awal sesi. Indeks acuan Taiwan juga melemah 0,5% setelah sempat mencetak rekor baru.
“Kondisi ini menunjukkan betapa hati-hatinya pelaku pasar saat ini. Investor cenderung cepat melakukan aksi ambil untung karena visibilitas makro masih rendah,” ujar Ernest Chew, Head of ASEAN Equities BNP Paribas.
Ia menilai volatilitas pasar akan tetap tinggi dalam waktu dekat, dengan pergerakan yang lebih dipengaruhi oleh sentimen berita ketimbang faktor fundamental.
Bursa China turun 0,6%, sementara pasar saham di Jakarta melemah hingga 2,6% dan Bangkok jatuh ke level terendah dalam lebih dari sebulan.
Di Singapura, indeks saham turun 1% ke posisi terendah dua pekan, seiring pelemahan dolar Singapura sebesar 0,3%.
Bank sentral Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mempertahankan kebijakan moneter tanpa perubahan, sesuai ekspektasi pasar.
Baca Juga: Google Investasikan Rp 248 Triliun untuk Bangun Pusat Data AI Terbesar di India
Data awal pemerintah menunjukkan ekonomi Singapura tumbuh 2,9% pada kuartal ketiga secara tahunan, melampaui proyeksi 1,9%.
“Keputusan MAS ini bukan sinyal pelonggaran yang akan segera datang, melainkan posisi netral yang tetap memberi ruang untuk bertindak jika diperlukan,” jelas Vishnu Varathan, Head of Macro Research for Asia ex-Japan Mizuho Securities, dalam catatan risetnya.
Sementara itu, mata uang Asia lainnya juga melemah. Won Korea Selatan turun 0,5%, sementara baht Thailand terkoreksi 0,7%.