Sumber: Fox Business | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan teknologi Neuralink telah menghadirkan sebuah lompatan besar dalam bidang neuroteknologi.
Brad Smith, seorang pria dengan Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) non-verbal, kini dapat berkomunikasi menggunakan suaranya sendiri berkat kombinasi implan otak Neuralink dan kecanggihan Kecerdasan Buatan (AI).
Smith, yang menjadi manusia ketiga yang menerima implan otak dari Neuralink, berbagi kisahnya melalui sebuah video di platform X (sebelumnya Twitter).
Meski mengakui betapa beratnya hidup dengan ALS, ia menyatakan bahwa ia tetap bahagia dan bersyukur, memandang kehidupannya sebagai anugerah.
Talk to the first @Neuralink recipient with ALS https://t.co/njSE94tPZN — Elon Musk (@elonmusk) April 28, 2025
Studi PRIME: Uji Klinis Penuh Harapan
Neuralink, perusahaan yang didirikan oleh Elon Musk, mengonfirmasi bahwa Smith bersama dua peserta lainnya — Noland dan Alex — merupakan bagian dari studi klinis PRIME.
Mereka semua hidup dengan kelumpuhan total; Noland dan Alex akibat cedera tulang belakang, sedangkan Brad akibat ALS. Studi ini bertujuan untuk membuktikan keamanan serta manfaat praktis dari perangkat Neuralink dalam kehidupan sehari-hari penderita kelumpuhan.
Smith, yang hanya bisa menggerakkan sudut mulut dan matanya, kini sepenuhnya mengandalkan implan untuk berkomunikasi. Dengan mengendalikan kursor di MacBook Pro melalui antarmuka komputer-otak (BCI), ia dapat menulis, berbicara, dan berinteraksi kembali dengan lingkungan sekitarnya.
Baca Juga: Elon Musk Angkat Kaki dari Pemerintahan Donald Trump, Bagaimana Nasib DOGE?
Bagaimana Implan Neuralink Bekerja
Implan Neuralink ditanamkan di motor cortex — area otak yang mengatur gerakan tubuh. Melalui operasi presisi tinggi menggunakan robot bedah, sebuah lubang kecil dibuat di tengkorak Smith untuk menempatkan perangkat sebesar lima koin dolar Amerika yang ditumpuk.
Ratusan benang elektroda setebal sehelai rambut dimasukkan beberapa milimeter ke dalam otak, menghindari pembuluh darah untuk meminimalisir pendarahan. Perangkat ini kemudian berkomunikasi secara nirkabel melalui Bluetooth ke komputer eksternal, yang melakukan sebagian besar pemrosesan data.
Brad memperlihatkan data real-time dari 1.024 elektroda di otaknya, yang diterjemahkan menjadi perintah untuk mengendalikan komputer, bergerak di layar, dan mengetik.
Baca Juga: Pria Lumpuh Ini Jadi Manusia Pertama yang Ditanam Chip Neuralink Milik Elon Musk
Integrasi Kecerdasan Buatan untuk Mempercepat Komunikasi
Salah satu tantangan besar yang dihadapi Smith adalah kecepatan mengetik yang lebih lambat daripada pikirannya. Untuk itu, Neuralink mengembangkan aplikasi chat berbasis AI yang terintegrasi dengan model Grok 3 dan suara lama Brad yang dikloning menggunakan AI.
Teknologi ini mampu:
-
Mendengarkan percakapan secara real-time
-
Menyediakan beberapa opsi kalimat sebagai respons
-
Menggunakan suara pribadi Smith untuk menyampaikan jawaban
Melalui inovasi ini, Smith dapat tetap aktif dalam percakapan sehari-hari tanpa keterbatasan besar, bahkan menciptakan momen-momen lucu seperti menyarankan temannya untuk memberikan buket wortel kepada kekasihnya yang pecinta kuda.
Baca Juga: Chip Otak Neuralink Elon Musk Seharga US$50.000 Ditanamkan pada Pasien Ketiga
Perubahan Besar dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sebelum memiliki implan Neuralink, Smith bergantung pada komputer dengan kontrol pandangan mata, yang optimal hanya dalam kondisi ruangan gelap. Kini, dengan Neuralink, ia dapat beraktivitas di luar tanpa terganggu oleh perubahan pencahayaan, membuat kualitas hidupnya meningkat secara signifikan.
Ia juga mengembangkan sistem pintasan menggunakan keyboard aksesibilitas Mac untuk mempercepat perintah seperti "salin", "tempel", dan "pilih semua", membuat aktivitas digitalnya jauh lebih efisien.
Refleksi Pribadi: Harapan, Iman, dan Masa Depan
Meskipun ALS tetap menjadi tantangan berat, Smith menekankan bahwa ia memilih untuk fokus pada "gambaran besar" — yaitu rasa syukur atas keluarganya, jawaban doa-doanya, dan anugerah yang ia rasakan melalui kemajuan teknologi ini.
Dalam kata-kata penuh ketulusan, ia menutup pesannya dengan keyakinan:
"Tuhan mengasihi saya dan keluarga saya. Dia telah menjawab doa-doa kami dengan cara yang tidak terduga. Saya belajar untuk mempercayai bahwa Tuhan tahu apa yang Dia lakukan."
Bersama istrinya, Tiffany, dan anak-anak mereka, Brad Smith kini menatap masa depan dengan optimisme, menjadi simbol harapan baru bagi jutaan orang yang hidup dengan kondisi serupa.