Sumber: The Straits Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - VATIKAN. Paus Fransiskus mengatakan telah mengajukan permintaan untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin guna membahas dampak perang di Ukraina. Paus bahkan membandingkan kondisinya dengan genosida yang terjadi di Rwanda 25 tahun lalu.
Dalam wawancaranya dengan surat kabar Italia Corriere Della Sera yang terbit hari Selasa (3/5), dikatakan bahwa Paus telah telah mengirim pesan kepada Putin sekitar 20 hari setelah konflik dan menyatakan kesediaannya untuk datang langsung ke Moskow.
Meski masih belum menerima balasan, pihak Paus Fransiskus akan terus berusaha melakukan pendekatan kepada Putin demi terjadinya dialog.
Baca Juga: PBB: Lebih dari 3.000 Penduduk Sipil Tewas di Ukraina Sejak Invasi
Paus membandingkan kondisi Ukraina saat ini layaknya apa yang dialami Rwanda 25 tahun lalu ketika genosida terjadi. Paus berharap konflik bisa segera diselesaikan sebelum kasus serupa terjadi.
"Bagaimana mungkin untuk tidak menghentikan kebrutalan seperti itu? Dua puluh lima tahun yang lalu, kita mengalami hal sama dengan Rwanda," kata Paus, seperti dikutip The Straits Times.
Antara April dan Juli 1994, sekitar 800.000 orang terbunuh di Rwanda ketika rezim ekstremis Hutu mencoba memusnahkan minoritas Tutsi. Insiden itu tercatat sebagai pembantaian terbesar di abad ke-20.
Baca Juga: Banyak Tanda Kejahatan Perang, Presiden Ukraina Pertanyakan Peran Dewan Keamanan PBB
Paus telah berulang kali menyerukan perdamaian di Ukraina dan mengecam perang yang dinilai sangat kejam dan tidak masuk akal. Untuk itu, Paus merasa perlu datang ke Moskow untuk berdialog dengan Putin.
"Sayang tidak akan pergi ke Kiev untuk saat ini. Saya merasa tidak seharusnya pergi. Saya harus pergi ke Moskow dulu, saya harus bertemu Putin dulu," ungkap Paus Fransiskus.
Paus juga telah menegur kelompok Ortodoks Kirill yang merupakan sekutu dekat Putin. Paus merasa Kirill tidak boleh menjadi pengawal Putin di masa perang ini.
Dialog dengan Gereja Ortodoks, yang memisahkan diri dari Gereja Katolik pada tahun 1054, merupakan prioritas kepausan Fransiskus sampai saat ini. Seruan perdamaian Paus bertolak belakang dengan Kirill yang menilai Putin sedang berjuang melawan musuh eksternal dan internal.