Sumber: TheIndependent.co.uk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - VATIKAN. Paus Fransiskus dilaporkan menolak bertemu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo yang dijadwalkan melakukan kunjungan ke Roma, Italia.
Penolakan ini diduga karena kritik tajam AS atas kesepakatan Vatikan dan China yang mengundang perhatian akhir-akhir ini.
Mengutip Independent, Selasa (29/9), Pompeo berencana mengunjungi Vatikan minggu ini untuk memprotes pembaruan kerjasama atas kesepakatan dua tahun lalu antara gereja Katolik Roma dan China, yang diklaim AS akan membahayakan otoritas moral gereja.
Pompeo dijadwalkan bertemu dengan Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Pietro Parolin dan Uskup Agung Paul Gallagher, Menteri Luar Negeri Vatikan. Tetapi Paus Fransiskus, yang ditemui Pompeo Oktober lalu, tidak akan bertemu dengannya.
Baca Juga: Paus Fransiskus: Krisis corona kesempatan untuk mengubah ketidakadilan ekonomi dunia
Menurut laporan yang beredar, Paus Fransiskus menolak bertemu Pompeo karena alasan kunjungan itu dilakukan menjelang pemilihan di AS November mendatang. Namun kritik pemerintahan Trump atas kesepakatan Vatikan dan China diduga kemungkinan sebagai faktor utama keputusan tersebut.
Kesepakatan ini, yang rinciannya belum diungkapkan kepada publik, telah memungkinkan Vatikan memiliki suara untuk memilih para uskup Katolik yang ditunjuk di China.
Sejak kesepakatan bersejarah itu disepakati dua tahun lalu, dua uskup baru telah diangkat di China setelah berkonsultasi dengan Vatikan.
Pompeo berpendapat bahwa Vatikan seharusnya tidak memperbarui kesepakatannya dengan China karena pemerintahan Xi Jinping dituduh melakukan penganiayaan terhadap orang-orang beragama di Tiongkok.
"Situasi hak asasi manusia di China telah memburuk secara parah di bawah pemerintahan otokratis Xi Jinping, terutama bagi penganut agama," tulis Pompeo untuk sebuah artikel di majalah First Things bulan ini.
Baca Juga: Habis bertemu Kardinal Filipina yang positif Covid-19, Paus Fransiskus terus dipantau
Dia menambahkan bahwa ada laporan yang dapat dipercaya tentang sterilisasi paksa dan aborsi Muslim di Xinjiang serta pelecehan terhadap pastor Katolik dan orang awam.
Paus Fransiskus secara khusus memilih diam atas pelanggaran China terhadap hak asasi manusia.