Sumber: TheIndependent.co.uk | Editor: Noverius Laoli
Pelanggaran ini termasuk pemenjaraan setidaknya satu juta orang Uighur dan Muslim lainnya di kamp penjara, dengan laporan bahwa mereka menghadapi kelaparan, penyiksaan, pembunuhan, kekerasan seksual dan banyak lagi saat berada di kamp.
“Takhta Suci memiliki kapasitas dan tugas unik untuk memusatkan perhatian dunia pada pelanggaran hak asasi manusia, terutama yang dilakukan oleh rezim totaliter seperti Beijing,” tulis Pompeo.
“Pada akhir abad ke-20, kekuatan kesaksian moral gereja membantu menginspirasi mereka yang membebaskan Eropa tengah dan timur dari komunisme, dan mereka yang menantang rezim otokratis dan otoriter di Amerika Latin dan Asia Timur,” sambung Pompeo.
Baca Juga: Paus Fransiskus: Gosip adalah wabah yang lebih buruk dari corona
Dia menambahkan. "Apa yang diajarkan gereja kepada dunia tentang kebebasan beragama dan solidaritas sekarang harus disampaikan dengan tegas dan terus-menerus oleh Vatikan dalam menghadapi upaya tanpa henti dari Partai Komunis China untuk membengkokkan semua komunitas agama sesuai keinginan partai dan program totaliternya."
Dalam sebuah tweet, Pompeo menambahkan bahwa gereja Katolik “membahayakan otoritas moralnya, jika memperbaharui kesepakatan”.
Perpanjangan kesepakatan antara Vatikan dan China diharapkan akan ditandatangani bulan depan.
Perjalanan Pompeo ke Vatikan disertai dengan perjalanannya ke Yunani, Italia, dan Kroasia untuk mempromosikan hubungan diplomatik dan kebebasan beragama.