kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Paus Fransiskus: Saya juga berlutut di jalan-jalan Myanmar dan bilang, stop kekerasan


Rabu, 17 Maret 2021 / 20:27 WIB
Paus Fransiskus: Saya juga berlutut di jalan-jalan Myanmar dan bilang, stop kekerasan
ILUSTRASI. Paus Fransiskus meninggalkan tempat setelah Misa Our Lady Guadalupe di Basilika Santo Peter, Vatikan, Sabtu (12/12/2020). REUTERS/Remo Casilli


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - VATICAN CITY. Paus Fransiskus pada Rabu (17 Maret) meminta pertumpahan darah di Myanmar diakhiri, dengan mengatakan: "saya juga berlutut di jalan-jalan Myanmar dan bilang, hentikan kekerasan".

Mengutip Reuters, Paus Fransiskus menyampaikan seruannya tersebut di akhir audiensi umum mingguannya, yang diadakan dari jarak jauh dari perpustakaan Vatikan karena pembatasan Covid-19.

Lebih dari 180 pengunjuk rasa tewas ketika pasukan keamanan Myanmar mencoba untuk menghancurkan gelombang demonstrasi.

“Sekali lagi dan dengan banyak kesedihan saya merasakan urgensi untuk berbicara tentang situasi dramatis di Myanmar, di mana banyak orang, kebanyakan dari mereka yang masih muda, kehilangan nyawa untuk menawarkan harapan kepada negara mereka,” katanya.

Baca Juga: Banyak pelanggaran HAM, kudeta Myanmar bisa jatuh dalam perang saudara terbesar

Dalam bahasa yang melambangkan apa yang telah pengunjuk rasa lakukan, Paus berkata: "Saya juga berlutut di jalan-jalan Myanmar dan bilang, hentikan kekerasan. Saya pun membuka tangan saya dan bilang, dahulukan dialog”.

Paus mungkin merujuk pada video dan foto seorang biarawati Katolik yang memohon sambil berlutut agar pasukan keamanan tidak menembak para pengunjuk rasa pada minggu lalu di Kota Myitkyina, Myanmar, dan viral di internet.

Biarawati itu, Suster Ann Rose Nu Tawng, kemudian mengatakan kepada wartawan, dia telah memberi tahu polisi untuk mengampuni anak-anak dan silakan menembak dirinya sebagai gantinya.

Paus Fransiskus, yang mengunjungi Myanmar pada 2017, mengatakan: “Darah tidak menyelesaikan apa pun. Dialog harus didahulukan".

Selanjutnya: PBB: 149 orang tewas dan ratusan hilang selama demo anti-kudeta Myanmar



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×