Sumber: Fortune,Fortune | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Paus Leo XIV membunyikan peringatan atas meningkatnya ketimpangan kekayaan antara CEO dan pekerja. Dan beliau menyoroti jalan Elon Musk menuju status triliuner.
Melansir Fortune, dalam wawancara formal pertamanya sejak diangkat menjadi Paus, Paus Leo mengatakan melonjaknya gaji eksekutif mungkin menempatkan dunia dalam masalah besar.
Hal ini muncul di tengah laporan terbaru yang memperingatkan bahwa banyak miliarder yang menandatangani The Giving Pledge milik Warren Buffett dan Bill serta Melinda French Gates terlambat memenuhi janji filantropi mereka.
Jika Paus Leo XIV memiliki kursi di dewan direksi Tesla, gaji triliunan dolar yang baru diusulkan Elon Musk akan sia-sia.
Paus berusia 70 tahun itu mengecam kesenjangan pendapatan yang semakin melebar antara kelas pekerja dan orang kaya—khususnya menyebut CEO Tesla tersebut sebagai contoh nyata dari ekses eksekutif.
Baca Juga: Warisi Saham, Enam Cucu Mendiang Taipan Kerajaan Cat Jadi Miliarder Baru
"Para CEO yang 60 tahun lalu mungkin berpenghasilan empat hingga enam kali lipat dari yang diterima para pekerja, angka terakhir yang saya lihat, jumlahnya 600 kali lipat dari yang diterima rata-rata pekerja," ujarnya kepada situs berita Katolik Crux dalam sebuah wawancara yang dirilis Minggu (14/9/2025).
"Kemarin, berita bahwa Elon Musk akan menjadi triliuner pertama di dunia: Apa artinya itu dan apa maksudnya? Jika hanya itu yang masih bernilai, maka kita berada dalam masalah besar," tambahnya.
Kritik Paus muncul ketika dewan Tesla telah mengusulkan paket gaji US$ 1 triliun atau setara dengan Rp 16.402 triliun (kurs Rp 16.402) untuk Musk —bergantung pada kemampuannya untuk mengembangkan perusahaan kendaraan listrik tersebut hingga delapan kali lipat selama dekade berikutnya.
Beberapa hari lalu, Musk membeli saham Tesla senilai US$ 1 miliar.
Meskipun Paus Leo berhak atas gaji tahunan lebih dari US$ 400.000, setara dengan presiden dan rektor universitas AS, kekhawatirannya mencerminkan kecemasan yang lebih luas tentang kompensasi eksekutif.
Baca Juga: Miliarder AS Nikmati Tarif Pajak Lebih Rendah Dibanding Warga Biasa
Di antara 100 perusahaan S&P 500 dengan gaji pekerja median terendah, rata-rata kompensasi CEO mencapai US$ 17,2 juta pada tahun 2024 dibandingkan dengan gaji pekerja median rata-rata sebesar US$ 35.570, menurut Institute for Policy Studies. Rasio tersebut adalah 632 banding 1.
Kekayaan para miliarder sedang melonjak, namun sumbangan filantropis tidak
Sementara pekerja biasa terus berjuang melawan inflasi, stagnasi upah, dan pasar kerja yang semakin ketat, kekayaan kaum ultrakaya justru melonjak.
Kekayaan para miliarder meningkat tiga kali lebih cepat pada tahun 2024 dibandingkan pada tahun 2023, menurut Oxfam.
Dan selama dekade terakhir, 1% orang terkaya meningkatkan kekayaan mereka hampir US$ 34 triliun, cukup untuk menghilangkan kemiskinan tahunan 22 kali lipat pada garis kemiskinan tertinggi.
Baru minggu lalu, Larry Ellison memecahkan rekor peningkatan kekayaan bersih terbesar dalam satu hari yang pernah tercatat dalam sejarah Indeks Miliarder Bloomberg, di mana kekayaan bersihnya melonjak US$ 89 miliar berkat pertumbuhan pesat perusahaan teknologi miliknya, Oracle.
Tonton: Elon Musk Dirikan Partai Amerika, Putus Hubungan Politik dengan Trump
Di saat yang sama, banyak miliarder yang belum memenuhi janji mereka untuk menyumbangkan uang mereka melalui The Giving Pledge —komitmen yang diluncurkan pada tahun 2010 oleh Warren Buffett serta Bill dan Melinda French Gates untuk menyumbangkan setidaknya 50% kekayaan mereka untuk kegiatan filantropi selama hidup mereka atau dalam surat wasiat mereka.
Di antara 256 penandatangan, hanya sembilan yang menindaklanjuti pakta tersebut. Dan bahkan di antara mereka yang menyumbang, sebagian besar diberikan kepada perantara, menurut Institute for Policy Studies.
Dari sekitar US$ 206 miliar yang disumbangkan oleh para Pledger awal tahun 2010, sekitar 80%, atau US$ 164 miliar, telah masuk ke yayasan swasta.