kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PBB akan mengumpulkan US$ 41 miliar untuk atasi konflik dan kemiskinan di tahun 2022


Kamis, 02 Desember 2021 / 14:27 WIB
PBB akan mengumpulkan US$ 41 miliar untuk atasi konflik dan kemiskinan di tahun 2022
ILUSTRASI. Seorang anak laki-laki menjual makanan di sebuah taman di Kabul, Afghanistan, 22 Oktober 2021.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. PBB berharap bisa mengumpulkan dana hingga US$ 41 miliar di tahun 2022 untuk membantu ratusan juta penduduk yang terdampak konflik dan merasakan kemiskinan. Afghanistan dan beberapa negara Afrika akan menjadi fokus PBB dalam mengalokasikan bantuan.

Dilansir dari Reuters, PBB berencana memberikan bantuan tersebut kepada 183 juta orang di seluruh dunia yang terjebak dalam konflik dan kemiskinan. 

Dalam laporannya, badan bantuan PBB mencatat bahwa kelaparan masih menjadi ancaman bagi 45 juta orang yang tinggal di 43 negara. Cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim menyusutkan persediaan makanan. Berdasarkan data tersebut, PBB menilai ada kenaikan hingga 17% dalam kebutuhan pangan tahunan.

"Pemicu kondisi ini adalah sesuatu yang akrab dengan kita Ironisnya, semua pemicu bukan hal baru, termasuk konflik berkepanjangan, ketidakstabilan politik, ekonomi yang gagal, dan krisis iklim, dan tentu saja pandemi Covid-19," ungkap Kepala bantuan PBB Martin Griffith.

Badan bantuan PBB telah menyebarkan laporan kepada para donor terkait kebutuhan dana besar untuk tahun depan. PBB mengungkap bahwa tanpa tindakan berkelanjutan dan segera, 2022 bisa menjadi bencana besar.

Baca Juga: Sekjen PBB: Pembatasan perjalanan internasional tidak adil dan tidak efektif

Fokus pada Afghanistan dan Afrika

Afghanistan, Suriah, Yaman, Ethiopia, dan Sudan adalah lima kawasan yang membutuhkan dana paling banyak. Afghanistan sendiri membutuhkan sekitar US$ 4,5 miliar yang kebutuhannya semakin meroket sejak dikuasai Taliban.

Ada lebih dari 24 juta orang di Afghanistan yang membutuhkan bantuan penyelamatan jiwa. Tingginya jumlah tersebut didorong oleh gejolak politik, guncangan ekonomi yang berulang, dan kerawanan pangan parah yang disebabkan oleh kekeringan terburuk dalam 27 tahun.

Baca Juga: Miris, UNDP prediksi sistem keuangan Afghanistan runtuh dalam beberapa bulan

Griffiths mengatakan bahwa kelangkaan uang tunai di Afghanistan merupakan hambatan utama bagi setiap sektor ekonomi. Pihaknya berharap dapat menyelesaikan masalah itu sebelum akhir bulan ini.

"Dengan dukungan dari Bank Dunia serta sistem PBB, kami sedang berusaha membangun inisiatif pertukaran mata uang yang akan memungkinkan likuiditas masuk ke ekonomi," ungkap Griffiths.

Sementara itu di Ethiopia, di mana konflik antara pemerintah dan pasukan Tigrayan telah menyebar ke wilayah Amhara dan Afar. Ribuan orang dilaporkan telah mengungsi selama satu tahun terakhir. Kekeringan dan hama mendorong lebih banyak orang ke kondisi krisis.

Data PBB menyebut ada hampir 26 juta orang Etiopia membutuhkan bantuan, termasuk lebih dari 9 juta yang bergantung pada jatah makanan, 5 juta di antaranya ada di Tigray. Kondisi ini terus berkembang di tengah meningkatnya angka kekurangan gizi.

"Ethiopia adalah yang paling mengkhawatirkan mungkin hampir pasti dalam hal kebutuhan darurat segera. Ada 400.000 orang telah dianggap berisiko kelaparan pada bulan Mei," pungkas Griffiths.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×