kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

PBB: Jumlah pekerja anak melonjak untuk pertama kalinya dalam dua dekade


Kamis, 10 Juni 2021 / 11:01 WIB
PBB: Jumlah pekerja anak melonjak untuk pertama kalinya dalam dua dekade
ILUSTRASI. Anak-anak mengisi rokok kosong secara manual dengan tembakau lokal di pabrik bidi (rokok) kecil di Haragach di distrik Rangpur, Bangladesh 11 Juli 2013.


Sumber: Channel News Asia | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - JENEWA. PBB pada hari Kamis (10/6), merilis laporan terkait tingginya jumlah pekerja anak di seluruh dunia. Jumlah pekerja anak saat ini disebut mengalami kenaikan untuk pertama kalinya dalam dua dekade.

Laporan bersama yang dirilis oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan badan anak-anak PBB UNICEF, menunjukkan jumlah pekerja anak mencapai 160 juta pada awal 2020, bertambah 8,4 juta dalam empat tahun.

Dilansir Channel News Asia, kenaikan yang signifikan mulai terlihat menjelang pandemi. Hal ini membalikkan tren penurunan jumlah pekerja anak antara tahun 2000 hingga 2016.

Ketika krisis akibat Covid-19 mulai memburuk, hampir satu dari 10 anak di seluruh dunia kini berstatus sebagai pekerja anak. Anak-anak di kawasan sub-Sahara Afrika merasakan dampak terparah.

Baca Juga: Pengawas nuklir PBB: Ada indikasi pekerjaan plutonium di Korea Utara

ILO dan UNICEF memperingatkan bahwa akan ada 50 juta anak lagi yang akan masuk kategori pekerja anak dalam dua tahun ke depan jika tidak ada tindakan serius untuk mengentaskan kemiskinan.

"Kami kehilangan pijakan dalam perjuangan untuk mengakhiri pekerja anak. Krisis Covid-19 membuat situasi yang buruk menjadi lebih buruk," kata kepala UNICEF Henrietta Fore.

Di tahun kedua lockdown, lanjut Fore, penutupan sekolah, gangguan ekonomi, dan anggaran nasional yang menyusut membuat banyak keluarga untuk membuat pilihan yang sulit dengan meminta anak-anaknya bekerja.

Anak laki-lagi lebih mungkin terkena dampak ini, terhitung ada 97 dari 160 juta anak telah berjuang menjadi pekerja anak pada awal tahun 2020.

Melakukan pekerjaan berbahaya

Laporan terbaru juga menunjukkan adanya peningkatan signifikan yang terlihat pada anak-anak usia 5 hingga 17 tahun yang melakukan pekerjaan berbahaya, yang bisa mempengaruhi perkembangan, pendidikan, atau kesehatan anak.

Beberapa pekerjaan tersebut umumnya ada sektor pertambangan yang berhubungan dengan mesin berat, dan bekerja lebih dari 43 jam seminggu, yang membuat mereka hampir tidak mungkin bisa bersekolah.

Baca Juga: Dilanda bencana alam dan pandemi, Korea Utara hadapi krisis kemanusiaan serius

Sebanyak 79 juta anak dianggap melakukan pekerjaan berbahaya seperti itu pada awal 2020, naik 6,5 juta dari empat tahun sebelumnya.

Selain pekerjaan berbahaya seperti yang disebutkan sebelumnya, mayoritas pekerja anak juga terkonsentrasi di sektor pertanian, yang menyumbang 70% dari total global, atau 112 juta anak. Sisanya, sekitar 20% ada di sektor jasa dan sekitar 10% di industri lain.

Peningkatan terbesar dalam pekerja anak tercatat di kawasan sub-Sahara Afrika, yang memang dilanda krisis ekonomi dan sosial yang sangat ekstrem.

Laporan PBB menyebut hampir seperempat anak berusia 5 hingga 17 tahun di sub-Sahara Afrika sudah menjadi pekerja anak, berbanding dengan hanya 2,3% di Eropa dan Amerika Utara.

"Kita tidak bisa berdiam diri sementara generasi baru anak-anak berada dalam bahaya. Kita berada pada momen penting dan banyak bergantung pada bagaimana kita merespons," kata Ketua ILO Guy Ryder.

PBB akan berupaya menggerakkan semua badan terkait untuk mengatasi lonjakan pekerja anak di tengah pandemi Covid-19. Langkah yang terlambat disebut bisa membuat kondisi ini bertahan lama dan terus memburuk.

Selanjutnya: Bank Dunia: Krisis ekonomi Lebanon adalah salah satu krisis terburuk dalam 150 tahun



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×