Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - YANGON. Melalui utusan khususnya, PBB memperingatkan militer Myanmar atas konsekuensi berat yang mungkin mereka terima terkait tindakan keras terhadap demonstran yang menentang kudeta.
Dilansir dari Reuters, utusan khusus PBB Christine Schraner Burgener pada hari Senin (15/2) berbicara langsung dengan perwakilan junta militer Myanmar terkait keamanan warga pasca kudeta.
Dalam pembicaraannya, Burgener menegaskan bahwa hak berkumpul secara damai harus sepenuhnya dihormati. Dengan itu, para demonstran tidak boleh dikenakan pembalasan.
"Dia (Burgerner) telah menyampaikan kepada militer Myanmar bahwa dunia sedang mengawasi dengan cermat, dan segala bentuk tanggapan keras kemungkinan akan memiliki konsekuensi yang berat," ungkap juru bicara PBB Farhan Haq.
Baca Juga: Facebook akan batasi penyebaran konten milik militer Myanmar
Akhir pekan lalu militer Myanmar telah mengerahkan kendaraan lapis baja ke beberapa kota besar yang menjadi pusat unjuk rasa. Militer juga mulai mematikan akses internet dengan skala yang lebih luas.
Demonstrasi pada hari Senin di beberapa kota terlihat memang mulai mereda. Namun, ratusan ribu orang di beberapa negara Asia Tenggara mulai turun ke jalan dengan agenda yang sama.
Militer mendapat izin menangkap demonstran
Pada Minggu (14/2) malam, kendaraan lapis baja muncul di kota Yangon, Myitkyina dan Sittwe. Ini merupakan peluncuran kendaraan lapis baja berskala besar pertama sejak kudeta terjadi awal bulan ini.
Baca Juga: Militer Myanmar mulai terjunkan kendaraan lapis baja untuk meredam demonstran
Saat ini tentara semakin aktif melakukan penangkapan kepada pengunjuk rasa setiap hari, setelah pada hari Sabtu (13/2) diberikan kekuasaan untuk menahan orang dan menggeledah properti pribadi.
Kerusuhan di berbagai kota membangkitkan kembali ingatan tentang insiden berdarah pada tahun 2011 ketika militer memulai proses penarikan diri dari politik sipil.
Pihak militer pada hari Senin malam mengatakan bahwa serangkaian aksi protes merusak stabilitas dan membuat orang ketakutan.
Dibandingkan dengan kerusuhan yang terjadi sepuluh tahun lalu, kekerasan yang terjadi saat ini cenderung lebih rendah. Namun, polisi tetap melepaskan sejumlah tembakan dengan peluru karet untuk membubarkan massa.
Reuters mengabarkan, seorang wanita yang terkena tembakan polisi di ibu kota Naypyitaw pekan lalu diperkirakan tidak akan selamat.