Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Badan bantuan PBB pada hari Kamis (23/5) melaporkan kepada Dewan Keamanan bahwa hingga saat ini Taliban masih mempersulit pengiriman bantuan ke Afghanistan. Jika terus berlanjut, krisis ekonomi di negara tersebut akan memburuk dalam waktu cepat.
Di hadapan Dewan Keamanan PBB, ketua badan bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan bahwa sistem perbankan formal di Afghanistan, yang dikuasai Taliban, terus memblokir transfer karena kekhawatiran yang berlebihan.
Griffiths menambahkan bahwa kondisi tersebut telah berdampak pada saluran pembayaran dan menyebabkan gangguan dalam rantai pasokan.
"Kami telah melihat kemajuan yang terbatas karena perlawanan oleh otoritas de-facto. Ini adalah masalah yang tidak akan selesai dengan sendirinya," ungkap Griffiths, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: PBB: Perang Ukraina Akan Memperburuk Kelaparan Parah di Seluruh Dunia
Lebih lanjut, Griffiths menegaskan bahwa PBB perlu mengaktifkan dan menjalankan program Fasilitas Pertukaran Kemanusiaan sampai sistem perbankan formal Afganistan dapat beroperasi dengan baik lagi.
Dalam laporannya hari Kamis, Griffiths mengatakan sekitar setengah dari kelompok bantuan yang baru-baru ini disurvei oleh PBB melaporkan kesulitan mentransfer dana ke Afghanistan.
Dua pertiga dari kelompok pemberi bantuan melaporkan bahwa kurangnya uang tunai yang tersedia di Afghanistan menjadi salah satu penghambat program mereka.
Baca Juga: Afghanistan Diguncang Gempa Terburuk dalam 20 Tahun, 1.000 Orang Tewas
"Otoritas Taliban juga semakin mengganggu pengiriman bantuan kemanusiaan, meskipun ada janji kepada pejabat PBB pada September bahwa mereka tidak akan melakukannya," tambah Griffiths.
Taliban disebut memberikan banyak tuntutan kepada PBB terkait penyediaan data dan informasi yang berkaitan dengan anggaran dan kontrak kepegawaian. Kelompok bantuan pun terus menghadapi kesulitan ketika mereka mencoba mempekerjakan wanita Afghanistan dalam fungsi-fungsi tertentu.
Griffiths mengatakan PBB hanya menerima sepertiga dari US$4,4 miliar yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan di Afghanistan pada 2022, dan jumlah itu pun dianggap masih belum cukup.
Kondisinya semakin memburuk setelah Afghanistan baru saja dilanda gempa bumi yang menewaskan sedikitnya 1.000 orang.