CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.886   -71,00   -0,45%
  • IDX 7.267   -41,45   -0,57%
  • KOMPAS100 1.111   -6,35   -0,57%
  • LQ45 882   -4,00   -0,45%
  • ISSI 220   -1,22   -0,55%
  • IDX30 452   -2,03   -0,45%
  • IDXHIDIV20 544   -2,64   -0,48%
  • IDX80 127   -0,80   -0,63%
  • IDXV30 136   -1,09   -0,79%
  • IDXQ30 150   -0,84   -0,56%

Pelabuhan Singapura dipenuhi kapal tanker yang berisi minyak


Senin, 27 April 2020 / 17:41 WIB
Pelabuhan Singapura dipenuhi kapal tanker yang berisi minyak
ILUSTRASI. Pipa kilang minyak.


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Pelabuhan di Singapura penuh kapal tanker pengangkut minyak. Kapal tanker ini menunggu waktu untuk diturunkan. Tapi saat ini permintaan tengah berkurang. 

Rahul Kapoor Kepala Analis Komoditas dan Penelitian IHS Markit seperti dikutip Bloomberg menjelaskan, ada 60 tanker bahan bakar yang saat ini berlabuh di Singapura. Angka ini meningkat dari biasanya 30-40 kapal tanker. 

Beberapa kapal digunakan untuk menimbun bahan bakar di laut saat tangki di daratan terisi penuh. Yang lain mungkin diparkir, menunggu untuk dialihkan ke pembeli yang bersedia di seluruh Asia dan dunia. 

Baca Juga: Aspermigas: Anjloknya harga minyak akan timbulkan respons beragam pebisnis

Kapal-kapal yang dipenuhi minyak termasuk bensin dan bahan bakar jet tak bergerak dari pusat-pusat kilang utama seperti Korea Selatan dan China. Ini karena permintaan domestik dan stok membengkak. Tanker-tanker ini berlabuh di Selat Singapura karena pasokan yang berlimpah diperparah dengan penundaan pembongkaran di Singapura. 

Kapal tanker saat ini harus menunggu sekitar dua minggu untuk mengeluarkan kargo di Singapura. Padahal biasanya hanya membutuhkan waktu empat sampai lima hari. 

Tempat penyimpanan secara global telah penuh karena kapasitas tangki di darat sudah penuh. Sehingga perusahaan penyuling dan infrastruktur mencari alternatif seperti pipa dan kapal. 
Bloomberg sebelumnya melaporkan, beberapa tanker tidak banyak digunakan di Singapura karena tarif yang dikenakan jauh lebih tinggi, bahkan Singapura telah berhenti menyewakan ruang kepada pelanggan baru. "Tapi kini negara pengekspor bahan bakar utama menghadapi kesulitan untuk menemukan tempat menyimpan minyak saat kelebihan pasokan seperti sekarang," kata Sri Paravaikkarasu, Kepala Konsultan Industri Minyak FGE. 

Di Singapura, tingkat pemrosesan minyak mentah di kilang pun turun menjadi sekitar 60% dari kapasitas, dan turun lebih jauh ke level 50% selama kuartal kedua. 



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×