Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - PARIS. Krisis politik Prancis memasuki babak baru setelah pemerintahan Perdana Menteri Sébastien Lecornu resmi bubar hanya 14 jam setelah diumumkan.
Pembubaran kilat itu menjadikannya kabinet dengan masa jabatan tersingkat dalam sejarah modern Prancis, sekaligus mengguncang pasar saham dan menekan nilai euro.
Lecornu, yang merupakan perdana menteri kelima di era Presiden Emmanuel Macron, mundur pada Senin (6/10/2025) pagi setelah mendapat tekanan dari berbagai kubu politik termasuk dari dalam koalisinya sendiri.
Baca Juga: Krisis Politik Prancis Guncang Pasar: Saham Anjlok, Euro Melemah, Biaya Pinjaman Naik
Ia menyebut “ego politik dan ambisi pribadi” para anggota parlemen sebagai alasan ketidakmampuannya memimpin pemerintahan minoritas.
“Saya tidak bisa menjalankan pemerintahan di tengah ego yang mengalahkan kepentingan negara,” ujar Lecornu dalam pernyataannya.
Langkah itu semakin memperdalam ketidakstabilan politik yang telah membayangi Prancis sejak Macron kehilangan mayoritas parlemen pada 2022.
Upaya presiden untuk memulihkan kendali lewat pemilu sela tahun lalu justru menghasilkan parlemen yang lebih terfragmentasi.
Baca Juga: PM Prancis Sebastien Lecornu dan Kabinetnya Mundur Hanya 14 Jam Setelah Dilantik
Macron Tertekan, Oposisi Desak Pemilu Baru
Pasca pengunduran diri Lecornu, tekanan meningkat agar Macron membubarkan parlemen atau mundur.
Pemimpin sayap kanan Rassemblement National, Marine Le Pen, menilai situasi ini sebagai “lelucon politik yang harus diakhiri.”
Sementara tokoh kiri radikal Mathilde Panot dari France Unbowed menegaskan, “Hitungan mundur bagi Macron sudah dimulai.”
Beberapa pihak konservatif menyerukan jalan tengah, namun menekankan presiden perlu segera memberi kepastian arah politik.
Hingga Senin malam, Macron belum memberikan pernyataan publik, meski stasiun televisi BFM TV menayangkan rekaman dirinya berjalan sendirian di tepi Sungai Seine.
Baca Juga: Perdana Menteri Baru Prancis Sebastien Lecornu Mundur, Pasar Saham dan Euro Anjlok
Pasar Guncang: CAC 40 dan Euro Melemah
Ketidakpastian politik langsung mengguncang pasar keuangan.
Indeks CAC 40 di Paris sempat anjlok hingga 2%, dipimpin oleh pelemahan saham perbankan, sementara euro turun 0,7% menjadi US$1,1665.
“Ketidakstabilan pemerintahan berulang kali inilah yang menjadi risiko terbesar bagi aset Prancis,” kata Chris Beauchamp, kepala analis pasar di IG Group.
“Efeknya bahkan mulai menular ke pasar Eropa lainnya.”
Lecornu menjadi perdana menteri ketiga yang tumbang dalam dua tahun terakhir akibat kegagalan mengendalikan defisit fiskal Prancis yang melonjak menjadi 113,9% dari PDB, hampir dua kali lipat batas Uni Eropa.
Baca Juga: Asal Usul Kata Prasmanan, dari Bahasa Prancis hingga Disebarkan Belanda
Krisis Terburuk Sejak Republik Kelima
Para analis menilai, kegagalan pembentukan kabinet Lecornu menandai krisis politik terdalam sejak berdirinya Republik Kelima pada 1958, sistem yang sejatinya dirancang untuk menjamin stabilitas pemerintahan.
Namun, lanskap politik baru yang terpecah membuat tradisi koalisi, hal yang lazim di negara Eropa lain menjadi tantangan bagi Prancis.
“Prancis tidak terbiasa dengan kompromi politik. Kini, mereka dipaksa belajar dengan cara yang paling kacau,” ujar seorang pengamat politik di Paris.