kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,31   6,47   0.72%
  • EMAS1.383.000 0,36%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Pemimpin Houthi Ancam akan Serang Kapal Perang AS jika Washington Targetkan Yaman


Kamis, 21 Desember 2023 / 06:49 WIB
Pemimpin Houthi Ancam akan Serang Kapal Perang AS jika Washington Targetkan Yaman
ILUSTRASI. Pemimpin Houthi Yaman memperingatkan mereka akan menyerang kapal perang AS jika Washington targetkan Yaman. Houthi Military Media/Handout via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - DUBAI. Pada Rabu (20/12/2023), Pemimpin Houthi Yaman memperingatkan bahwa mereka akan menyerang kapal perang AS jika milisi yang didukung Iran menjadi sasaran Washington.  

Seperti yang diketahui, AS pada pekan ini membentuk kekuatan multinasional untuk melawan serangan Houthi terhadap kapal komersial di Laut Merah.

Kelompok Houthi, yang menguasai sejumlah besar wilayah di Yaman setelah bertahun-tahun berperang, sejak bulan lalu telah menembakkan drone dan rudal ke kapal-kapal internasional yang berlayar melalui Laut Merah. Serangan ini merupakan respons terhadap serangan Israel di Jalur Gaza.

Inisiatif keamanan yang dipimpin AS ini akan melibatkan Washington dan sepuluh negara lainnya.

Mengutip Reuters, disebutkan sebagian besar negara-negara NATO akan berpatroli di Laut Merah untuk mencegah dan menanggapi serangan Houthi di masa depan yang sejauh ini telah menyebabkan jalur pelayaran utama global beralih rute ke wilayah Afrika.

“Kami tidak akan berpangku tangan jika Amerika tergoda untuk melakukan tindakan bodoh dengan menargetkan negara kami atau berperang melawan negara kami,” kata Abdel-Malek al-Houthi.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Tipis, Ketegangan di Laut Merah Mulai Mereda

Dia menambahkan, “Setiap orang Amerika yang menargetkan negara kami akan menjadi sasaran kami, dan kami akan menjadikan kapal perang, kepentingan, dan navigasi Amerika sebagai target rudal, drone, dan operasi militer kami,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.

Krisis di Laut Merah muncul dari perang antara Israel dan kelompok Islam Palestina yang berkuasa di Gaza, Hamas. Ini menjadi konflik terbaru di Timur Tengah yang menghadapkan AS dan sekutunya melawan kekuatan regional Iran dan proksi milisi Arabnya.

Perang dimulai pada 7 Oktober ketika para pejuang Hamas menyerbu perbatasan Gaza ke Israel selatan, di mana pihak berwenang Israel mengatakan para militan tersebut membunuh sekitar 1.200 orang yang sebagian besar adalah warga sipil Israel dan orang asing.

Baca Juga: Serangan di Laut Merah Bisa Bikin Harga Minyak Meroket

Menurut pejabat kesehatan di daerah kantong pesisir yang padat penduduknya, pemboman dan invasi balasan Israel ke Gaza, yang menurut para pejabat Israel bertujuan untuk memusnahkan Hamas, telah menewaskan hampir 20.000 warga Palestina.

Proksi Iran termasuk Houthi dan Hizbullah Lebanon telah menembakkan roket ke Israel sejak konflik dimulai. Sementara itu, kelompok Houthi telah meningkatkan serangan mereka di Laut Merah, mengancam akan menargetkan semua kapal yang menuju ke Israel dan memperingatkan perusahaan pelayaran agar tidak berurusan dengan pelabuhan Israel.

Serangan tersebut telah mengganggu jalur perdagangan utama yang menghubungkan Eropa dan Amerika Utara dengan Asia melalui Terusan Suez dan menyebabkan biaya pengiriman peti kemas meningkat tajam karena perusahaan berupaya mengirimkan barang mereka melalui rute alternatif, yang seringkali lebih panjang.

Baca Juga: Ini Deretan Perusahaan Pelayaran Dunia yang Pilih Hindari Laut Merah karena Houthi

Dijuluki "Operasi Penjaga Kemakmuran", Inggris, Bahrain, Kanada, Denmark, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol, bersama dengan AS, akan melakukan patroli bersama di Laut Merah bagian selatan dan Teluk Aden yang berdekatan.

“Selama Amerika ingin terlibat dalam perang langsung dengan kami, mereka harus tahu bahwa kami bukanlah pihak yang takut pada mereka, dan bahwa mereka menghadapi seluruh rakyat,” kata al-Houthi.

Dia memperingatkan Amerika agar tidak mengirim tentara ke Yaman. 

"Mereka akan menghadapi sesuatu yang lebih keras daripada apa yang mereka hadapi di Afghanistan dan apa yang mereka derita di Vietnam,” tegasnya.




TERBARU

[X]
×