kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peneliti Inggris: Tidak Ada Bukti Varian Omicron Lebih Ringan dari Delta


Senin, 20 Desember 2021 / 15:11 WIB
Peneliti Inggris: Tidak Ada Bukti Varian Omicron Lebih Ringan dari Delta
ILUSTRASI. Virus Corona Varian Omicron


Sumber: Al Jazeera | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Peneliti Inggris mengungkapkan, tidak ada bukti varian Omicron lebih ringan dari Delta, menimbulkan keraguan pada optimisme hati-hati dari beberapa ahli bahwa jenis baru virus corona itu mungkin tidak virulen.

Studi oleh Imperial College London (ICL) yang rilis Jumat (17/12) pekan lalu menemukan risiko infeksi ulang varian Omicron lebih dari lima kali lebih tinggi dari Delta.

Penelitian non-peer-review ini berdasarkan data Badan Keamanan Kesehatan Inggris (HSA) dan Layanan Kesehatan Nasional (NHS) terhadap orang yang positif Covid-19 dalam tes PCR antara 29 November dan 11 Desember.

“Kami tidak menemukan bukti Omicron memiliki tingkat keparahan (untuk risiko rawat inap dan status gejala) yang berbeda dari Delta,” sebut penelitian itu, meskipun menambahkan bahwa data rawat inap masih sangat terbatas.

“Mengacu status vaksin, usia, jenis kelamin, etnis, status tanpa gejala, wilayah, dan tanggal spesimen, Omicron dikaitkan dengan risiko infeksi ulang 5,4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan Delta,” ungkap studi tersebut, seperti dikutip Al Jazeera.

Baca Juga: Bendung Varian Omicron, Belanda lockdown hingga 14 Januari 2022

Omicron menimbulkan ancaman besar

Namun, ICL mengatakan dalam sebuah pernyataan, perlindungan yang diberikan oleh infeksi masa lalu terhadap infeksi ulang oleh varian Omicron mungkin lebih rendah 19%.

Penelitian, yang melibatkan vaksin AstraZeneca dan Pfizer, juga menemukan peningkatan risiko yang signifikan untuk mengembangkan kasus Omicron simtomatik dibanding Delta bagi mereka yang dua minggu atau lebih melewati dosis suntikan kedua, dan dua minggu atau lebih setelah dosis booster mereka.

Bergantung pada perkiraan yang digunakan untuk efektivitas vaksin terhadap infeksi simtomatik dari varian Delta, ini berarti efektivitas vaksin 0%-20% setelah dua dosis dan antara 55%-80% setelah dosis penguat.

"Studi ini memberikan bukti lebih lanjut tentang sejauh mana Omicron dapat menghindari kekebalan sebelumnya yang diberikan oleh infeksi atau vaksinasi," kata pemimpin studi Profesor Neil Ferguson dalam pernyataan ICL.

“Tingkat penghindaran kekebalan ini berarti bahwa Omicron menimbulkan ancaman besar dan segera bagi kesehatan masyarakat,” ungkapnya.

Baca Juga: Peringatan WHO: Omicron Bisa Bikin Rumah Sakit Kewalahan di Beberapa Wilayah

Tapi, Dr Clive Dix, mantan Ketua Gugus Tugas Vaksin Inggris, menegaskan, penting untuk tidak menginterpretasikan data tersebut secara berlebihan.

“Kesimpulan yang dibuat didasarkan pada asumsi tentang Omicron di mana kami masih belum memiliki data yang cukup,” sebut Dix, seperti dilansir Al Jazeera. 

“Misalnya, kami tidak memiliki data tentang respons imun seluler yang sekarang mungkin mendorong efektivitas vaksin,” imbuhnya. "Ini adalah asumsi penting yang hilang dalam pemodelan".

Beberapa kesimpulan berbeda datang dari data yang muncul dari Afrika Selatan, di mana vaksin bertahan dengan baik terhadap penyakit parah dan kematian saat ini.

“Ada sejumlah besar ketidakpastian dalam perkiraan model ini dan kami hanya dapat yakin tentang dampak vaksin booster terhadap Omicron ketika kami memiliki satu bulan lagi data dunia nyata tentang jumlah dan kematian rawat inap ICU,” kata Dix.




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×