Sumber: BBC | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - LONDON. Para peneliti di Universitas Oxford Inggris telah mengembangkan teknologi artificial intelligence (AI) yang dapat mengidentifikasi apakah seseorang berisiko tinggi terkena serangan jantung fatal bertahun-tahun sebelum kejadian itu terjadi.
Teknologi ini dapat mengidentifikasi potensi serangan jantung mulai dari sidik jari yang disebut "profil radiomik lemak." Teknologi ini dapat mengidentifikasi apa yang disebut bendera merah seperti peradangan, jaringan parut, dan perubahan pembuluh darah yang memasok darah ke jantung. Faktor-faktor seperti ini menunjukkan serangan jantung di masa depan.
Baca Juga: Jangan tertawa terlalu keras kalau tidak ingin terjadi masalah ini
Mengutip BBC News, Senin (9/9), Oxford mengumumkan bahwa ketika seorang pasien tiba di rumah sakit mengalami nyeri dada, komponen standar perawatan adalah untuk memindai arteri koroner untuk terjadi, sesuatu yang disebut angiogram CT koroner.
Jika tidak ada penyempitan yang signifikan ditemukan, maka pasien boleh pulang. Universitas menambahkan masalahnya adalah bahwa beberapa pasien masih akan mengalami serangan jantung di masa depan.
"Hanya karena pemindaian seseorang terhadap arteri koroner mereka menunjukkan tidak ada penyempitan, itu tidak berarti mereka aman dari serangan jantung," ujar Profesor Kedokteran Kardiovaskular, Charalambos Antoniades di Universitas Oxford, dalam sebuah pernyataan.
Ia menambahkan, dengan memanfaatkan kekuatan A.I., pihaknya telah mengembangkan sidik jari untuk menemukan karakteristik 'buruk' di sekitar arteri orang,” tambah Antoniades, yang juga rekan klinis senior British Heart Foundation di universitas.
"Ini memiliki potensi besar untuk mendeteksi tanda-tanda awal penyakit, dan untuk dapat mengambil semua langkah pencegahan sebelum serangan jantung menyerang, pada akhirnya menyelamatkan nyawa," tuturnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia jumlah orang yang meninggal setiap tahun akibat penyakit kardiovaskular jauh lebih besar daripada penyebab lainnya. Diperkirakan pada tahun 2016, sebanyak 17,9 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular. Serangan jantung dan stroke menyumbang 85% dari kematian ini.
Baca Juga: Berolahraga saat akhir pekan lebih baik daripada tidak sama sekali
"Penelitian Oxford harus memiliki dampak dunia nyata karena tekniknya disempurnakan lebih lanjut," ujar Simon Ray, Presiden British Cardiovascular Society kepada CNBC.com melalui email Kamis.
"Ini akan memungkinkan individu yang berisiko terkena serangan jantung di masa depan untuk diidentifikasi pada tahap ketika pemindaian konvensional tidak menunjukkan kelainan dan karenanya memungkinkan inisiasi dini pengobatan pencegahan," tambah Ray.
Ray menyatakan bahwa kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin adalah potensi besar dalam diagnosis dan pengelolaan penyakit kardiovaskular.
Penggunaannya dengan pemindaian jantung, dapat memperbaiki akurasi diagnosis. Ini juga dapat memberikan informasi penting tentang prognosis pada tahap awal penyakit dan memungkinkan ahli jantung memprediksi dengan lebih baik kemungkinan perjalanan kondisi pasien dan meningkatkan perencanaan strategi pengobatan secara individual.
Baca Juga: Simak 4 rahasia Ade Rai tetap bugar, awet muda dan tak pernah masuk rumah sakit