Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - LONDON. Tren penjualan kendaraan listrik global kini mulai menunjukkan perlambatan. Ini terjadi setelah beberapa tahun terakhir kendaraan listrik banyak diminati dan mengalami lonjakan penjualan yang signifikan.
Perusahaan riset Rho Motion mencatatkan penjualan kendaraan listrik maupun kendaraan hibrida (PHEV) di 2023 hanya mengalami kenaikan 31%. Padahal, pada tahun sebelumnya, penjualan dua jenis kendaraan tersebut mampu tumbuh hingga 60%.
Manajer data Rho Motion Charles Lester mengungkapkan bahwa tren tersebut memang sudah selayaknya terjadi. Mengingat, pertumbuhan tinggi di beberapa tahun sebelumnya merupakan awal kemunculan dari banyaknya produk kendaraan listrik.
Baca Juga: VinFast Akan Mendirikan Fasilitas Kendaraan Listrik Senilai US$ 500 Juta di India
“Anda tidak bisa menggandakannya setiap tahun,” ujarnya dikutip dari Reuters (11/1).
Lester pun mengungkapkan bahwa pertumbuhan penjualan kendaraan listrik di 2023 memang sudah sejalan dengan proyeksi dari Rho Motion. Tahun ini, ia memperkirakan pertumbuhan akan berada di kisaran 25% hingga 30%.
Ia juga melihat saat ini produsen mobil khawatir penjualan mobil listrik di Eropa dan negara lain akan melambat setelah bertahun-tahun mengalami percepatan pertumbuhan.
Kekhawatiran tersebut muncul karena produsen berpikiran para pembeli menunggu model yang lebih baik, lebih kecil, dan lebih murah dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan.
“Penjualan di Eropa pada tahun 2024 dapat dipengaruhi oleh keputusan mendadak Jerman pada tahun lalu untuk menghapuskan subsidi kendaraan listrik,” kata Lester.
Baca Juga: Xiaomi Meluncurkan Mobil Listrik Pertamanya, Lebih Cepat dari Tesla dan Porsche
Rho Motion mencatat kendaraan listrik baterai menyumbang 9,5 juta dari 13,6 juta kendaraan listrik yang terjual di seluruh dunia pada tahun 2023, dan PHEV menyumbang sisanya.
“Penjualan pada bulan Desember mencapai rekor bulanan 1,5 juta unit,” kata Rho Motion.
Penjualan BEV melonjak 50% di AS dan Kanada, serta tumbuh masing-masing 27% dan 15% di Eropa dan Tiongkok.