Reporter: Maria Gelvina Maysha | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SIDNEY. Penjualan ritel Australia meningkat pada bulan November 2022 lalu, tersulut perayaan belanja besar-besaran alias Black Friday. Banyaknya tawaran diskon belanja online membuat permintaan belanja pakaian, barang elektronik, dan furnitur meningkat sehingga menyulut kenaikan inflasi.
Penjualan barang konsumsi ini terbukti kebal terhadap kenaikan suku bunga dan inflasi tinggi di Australia.
Seperti dilansir Reuters, data dari Biro Statistik Australia atau Australian Bureau of Statistics (ABS) yang dirilis Rabu (11/1), menunjukkan penjualan ritel naik 1,4% pada November 2022 dari bulan sebelumnya menjadi A$ 35,9 miliar atau setara US$ 24,7 miliar.
Kenaikan penjualan ritel itu dua kali lipat lebih tinggi dari penjualan ritel bulan Oktober 2022 yang meningkat 0,6%.
Baca Juga: CEBR Prediksi Ekonomi Dunia Hadapi Resesi di Tahun 2023
Tingginya penjualan itu tergambar juga dari inflasi tahunan Australia yang meningkat menjadi 7,3% di bulan November 2022, dari 6,9% di bulan Oktober 2022.
Lonjakan inflasi dipicu kenaikan 4,3% pada perjalanan liburan dan harga akomodasi.
“Harga bahan bakar pesawat yang tinggi digabung dengan permintaan konsumen tinggi pula di bulan November mendorong harga tiket pesawat naik, serta harga akomodasi juga naik,” kata Michelle Marquardt, Kepala Statistik Harga ABS seperti dikutip Reuters.
Inflasi inti Australia yang diawasi dengan ketat juga naik ke level tertinggi sejak 2018 menjadi 5,6% pada November 2022.
Kombinasi dari konsumsi yang kuat dan peningkatan inflasi menegaskan tantangan yang dihadapi Reserve Bank of Australia (RBA) saat mencoba meredam tekanan perekonomian.
Dalam upaya menahan inflasi, RBA telah menaikkan suku bunga 300 bps sejak Mei 2022 hingga mencapai level tertinggi dalam satu dekade sebesar 3,1%.
Pasar masih bertaruh bahwa RBA akan mengerek lagi suku bunga 25 bps lagi dalam rapat kebijakan pada 7 Februari 2023 nanti.
“Peningkatan inflasi yang berkelanjutan ditambah dengan tingginya konsumsi akan mendorong RBA agar mempertahankan kenaikan suku bunga untuk sementara waktu,” kata Marcel Thieliant, seorang ekonom di Capital Economics.
Baca Juga: Ekonomi Australia Melambat di Kuartal III-2022, Ini Penyebabnya