Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pembuat mainan asal Amerika Serikat akan mengalihkan produksi dari China ke negara lain. MGA Entertainment misalnya, akan memindahkan 40% produksinya ke India, Vietnam dan Indonesia dalam enam bulan ke depan. Pemain lain, seperti Hasbro dan Target, juga berencana mendiversifikasi lokasi produksi mainan. Tapi strategi ini akan membuat produsen harus menaikkan harga jual, sesuai dengan kenaikan tarif yang dikenakan Amerika Serikat sebesar 20%.
Produsen mainan asal Amerika Serikat (AS) mulai mengurangi produksinya di China. Ini menyusul perang dagang dan niatan mengurangi ketergantungan produsen terhadap China.
Baca Juga: Vietnam Bakal Tambah Impor dari Amerika Serikat Demi Menghindari Tarif
MGA Entertainment, yang memproduksi boneka Bratz, L.O.L Suprise! serta mainan lainnya di China, berencana memindahkan 40% produksinya ke India, Vietnam dan Indonesia dalam waktu enam bulan mendatang. "Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sekitar 10%-15% yang dilakukan saat ini," kata Isaac Larian, CEO MGA Entertainment.
Meskipun demikian, sekitar 60% dari produksi perusahaan yang berbasis di California ini akan tetap dilakukan di China. MGA juga memiliki pabrik di Hudson, Ohio, tetapi biaya produksi mainan tertentu di dalam negeri dianggap terlalu tinggi. "Tidak ada cara untuk mendapatkan tenaga kerja Amerika yang mau melakukan pekerjaan melelahkan," ujar dia.
Larian juga mencatat, kemungkinan besar harga grosir produk yang diproduksi di China akan naik. Ini dimaksudkan untuk melindungi margin keuntungan perusahaan yang sudah tipis. "Ini akan memberatkan konsumen karena kami harus memindahkan biaya tambahan ini ke pengecer," kata Larian, dikutip Reuters.
Baca Juga: Donald Trump: Tidak Ada yang Mengusir Warga Palestina dari Gaza
Greg Ahearn, CEO Toy Association, sebuah asosiasi industri mainan di AS, mengatakan, kenaikan harga kemungkinan akan terlihat di rak-rak peritel menjelang musim kembali ke sekolah. Kenaikan harga di peritel kemungkinan sebesar 20%, sejalan dengan kenaikan tarif 20%.
Sementara itu, Mattel juga berencana mengurangi ketergantungannya pada satu wilayah, dengan rencana menutup sebuah pabrik di China pada akhir 2025. "Dulu kami memiliki empat pabrik yang ada di China. Pada akhir tahun ini, jumlahnya akan berkurang menjadi satu," kata Ynon Kreiz, CEO Mattel, pada Kamis (13/3). Menurut dia ini bagian dari strategi diversifikasi rantai pasokan sejak tahun 2018.
Mattel sedang berusaha memastikan masing-masing negara tempat mereka memproduksi mainan berkontribusi kurang dari 25% dari total produksi global. "Saat ini, China menyumbang kurang dari 40%," kata Kreiz. Sementara kurang dari 10% berasal dari Meksiko, yang juga dikenai tarif Amerika.
Produsen Play-Doh, Hasbro, juga mencari cara setelah produk dari China dikenakan tarif. Namun, perusahaan ini belum menanggapi terkait kemungkinan memindahkan produksinya keluar dari China.
Sementara, perusahaan ritel seperti Target mulai mempertimbangkan mencari sumber boneka dari negara lain di Asia dan Amerika Selatan. "Di masa pemerintahan Trump sebelumnya, tarif tidak dikenakan pada pembuat mainan," kata Ahearn. Saat ini, ia belum mengetahui apakah ada kemungkinan pembebasan tarif untuk industri ini.
Baca Juga: Penjualan Lego Naik 13% di Sepanjang Tahun Lalu