kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.936.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.390   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.951   -17,68   -0,25%
  • KOMPAS100 1.006   -5,58   -0,55%
  • LQ45 772   -3,09   -0,40%
  • ISSI 226   -1,07   -0,47%
  • IDX30 401   -1,03   -0,26%
  • IDXHIDIV20 470   -1,71   -0,36%
  • IDX80 113   -0,66   -0,58%
  • IDXV30 116   -0,50   -0,43%
  • IDXQ30 129   -0,19   -0,15%

Perang Israel–Iran Memasuki Pekan Kedua: Eropa Desak Damai, Trump Belum Bersikap


Jumat, 20 Juni 2025 / 10:22 WIB
Perang Israel–Iran Memasuki Pekan Kedua: Eropa Desak Damai, Trump Belum Bersikap
ILUSTRASI. Konflik bersenjata antara Israel dan Iran memasuki pekan kedua pada Jumat (20 Juni), dengan korban terus bertambah. REUTERS/Ronen Zvulun 


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik bersenjata antara Israel dan Iran memasuki pekan kedua pada Jumat (20 Juni), dengan korban terus bertambah dan ketegangan internasional makin meningkat.

Sementara itu, negara-negara Eropa berupaya mendesak Iran kembali ke meja perundingan, di tengah ketidakpastian mengenai kemungkinan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang tersebut.

Israel Bombardir Iran, Targetkan Ilmuwan Nuklir dan Militer

Israel mulai meluncurkan serangan udara ke wilayah Iran sejak Jumat pekan lalu, dengan dalih untuk mencegah musuh lamanya tersebut mengembangkan senjata nuklir. Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangan rudal dan drone ke wilayah Israel.

Menurut Human Rights Activists News Agency (HRANA), serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 639 orang di Iran, termasuk jajaran elit militer dan ilmuwan nuklir. Namun, angka ini belum bisa diverifikasi secara independen. Di sisi lain, Iran mengklaim telah menewaskan lebih dari dua lusin warga sipil Israel dalam serangan rudalnya.

Baca Juga: TNI Siapkan Evakuasi WNI dari Iran dan Israel, Operasi Penyelamatan Dimulai Hari Ini

Israel Tuduh Iran Gunakan Munisi Cluster, Iran Serang Target Sipil

Israel menuduh Iran secara sengaja menyerang warga sipil, termasuk menggunakan munisi cluster—senjata yang menyebarkan bom-bom kecil dalam radius luas. Iran sendiri mengklaim hanya menyasar fasilitas militer, namun beberapa serangan juga menghantam rumah sakit dan fasilitas sipil lainnya di Israel.

"Apakah kami menargetkan kejatuhan rezim (Iran)? Itu bisa saja jadi hasil akhirnya, tetapi keputusan itu ada di tangan rakyat Iran sendiri," ujar Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Kamis.

Eropa Berusaha Mencegah Eskalasi, Putin dan Xi Kutuk Israel

Menyadari potensi eskalasi konflik ke tingkat regional, para Menlu Inggris, Prancis, dan Jerman serta Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa menggelar pertemuan di Jenewa dengan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi.

"Masa depan Timur Tengah bergantung pada keputusan yang diambil hari ini. Kita harus mencegah konflik lebih luas yang tidak menguntungkan siapa pun," kata Menlu Inggris David Lammy menjelang pertemuan tersebut.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam serangan Israel dan mendesak penghentian kekerasan segera, menurut pernyataan dari Kremlin.

Trump Belum Tentukan Sikap, Masih Pertimbangkan "Opsional Militer"

Di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump belum mengambil keputusan apakah akan ikut campur dalam konflik. Gedung Putih menyatakan Trump akan membuat keputusan dalam dua minggu ke depan, namun pengamat mencatat bahwa Trump kerap menggunakan istilah "dua minggu" sebagai kerangka waktu retoris yang longgar.

Trump diketahui mempertimbangkan opsi serangan terhadap Iran, termasuk penggunaan "bunker buster", yakni bom penghancur fasilitas bawah tanah, untuk menghantam situs-situs nuklir Iran yang dibangun dalam kedalaman tanah.

Baca Juga: Netanyahu: Kejatuhan Rezim Iran Bukan Tujuan, Tapi Bisa Jadi Hasil

Namun, Trump juga masih membuka pintu negosiasi. Utusannya untuk kawasan Timur Tengah, Steve Witkoff, telah beberapa kali berbicara langsung dengan Menlu Iran Abbas Araqchi, menurut sumber diplomatik.

Rakyat Iran Terjepit

Di tengah gempuran militer, tekanan terbesar justru dirasakan oleh rakyat Iran. Meski pemerintahan Ayatollah Ali Khamenei tengah menghadapi ancaman terbesar sejak Revolusi 1979, sebagian besar aktivis menolak seruan untuk bangkit melawan rezim.

"Bagaimana mungkin rakyat turun ke jalan di tengah situasi yang begitu mengerikan? Fokus orang-orang saat ini hanya menyelamatkan diri, keluarga, sesama warga, bahkan hewan peliharaan mereka," kata Atena Daemi, aktivis HAM yang pernah dipenjara selama enam tahun dan kini hidup di pengasingan.

Selanjutnya: BRI Life Mencatatkan Pembayaran Klaim Rp 1,93 Triliun di Mei 2025, Tumbuh 4,1%

Menarik Dibaca: Promo A&W Weekend Deals 20-22 Juni, Beli Paket Ayam Gratis Jumbo Chicken Sandwich




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×