kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.895.000   -28.000   -1,46%
  • USD/IDR 16.295   15,00   0,09%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%

Perang minyak, OPEC pemenangnya!


Kamis, 13 Agustus 2015 / 07:26 WIB
Perang minyak, OPEC pemenangnya!


Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

NEW YORK. Strategi Organization Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk memompa produksi minyak mereka besar-besaran di tengah anjloknya harga minyak akhirnya terbayar: industri minyak AS mulai ketar-ketir.

Hal ini tampak pada ulasan bulanan yang dirilis International Energy Agency (IEA) pada Rabu (12/8) kemarin. Menurut IEA, suplai minyak dari negara-negara non-OPEC akan melambat secara dramatis pada tahun depan dan akan mengalami kontraksi pertama sejak 2008.

Riset yang sama menunjukkan, produsen minyak Amerika akan mengalami pukulan terbesar karena sejumlah produsen minyak akan memikirkan kembali prioritas mereka dan memangkas tingkat produksi.

"Saat sejumlah produsen sukses dalam meningkatkan produksi dalam jangka pendek, kami memprediksi banyak produsen yang berjuang untuk mempertahankan produksinya dalam jumlah tinggi untuk jangka panjang sebagai langkah penghematan pengeluaran," jelas IEA. Sekadar informasi, IEA melakukan monitor terhadap tren pasar energi untuk negara-negara kaya.

Data IEA merekam, aktivitas pengeboran minyak AS sudah turun tajam dari posisi tertingginya pada Oktober 2014. Per akhir Juli, jumlah rigs yang dioperasikan lebih rendah 59% dari sebelumnya. Di sisi lain, harga minyak terpukul ke level US$ 43,08 sebarel pada Selasa lalu, sehingga semakin memburamkan kemungkinan kenaikan aktivitas produksi dalam waktu dekat.

12 negara OPEC yang dipimpin Arab Saudi, sudah melakukan perlawanan atas pangsa pasar mereka pada November lalu. Yakni dengan menolak memangkas produksi minyak kendati harga minyak sudah sangat murah. Tujuannya tak lain untuk menekan pesaing mereka dengan biaya produksi tinggi sehingga bisa segera hengkang dari pasar minyak.

Tingginya produksi minyak dari AS, Rusia, dan negara-negara non-OPEC lainnya telah mengerek suplai minyak ke level tertinggi dalam 17 tahun terakhir.

Namun, pasti ada pihak yang menyerah. IEA bilang, tertekannya harga minyak ke bawah level US$ 50 sebarel mendorong banyak perusahaan untuk mengambil langkah pemangkasan produksi.

Asal tahu saja, tingkat produksi minyak dari negara non-OPEC diprediksi akan bertambah 1,1 juta barel per hari menjadi rata-rata 58,1 juta barel per hari di 2015. Angka tersebut akan terkontraksi pada 2016 sebesar 200.000 barel per hari. Sebagai perbandingan, di 2014, pertumbuhan produksi minyak mencapai rekor yakni 2,4 juta barel per hari.

Sementara, tingkat produksi minyak OPEC diramal akan semakin meningkat pada 2016. Salah satu anggota OPEC, Iran, sangat bersemangat untuk mengambil keuntungan dari adanya kesepakatan nuklir dan berencana mengambil kembali statusnya sebagai negara dengan kekuatan energi global.




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×