kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.814   -35,00   -0,21%
  • IDX 6.445   76,55   1,20%
  • KOMPAS100 925   1,93   0,21%
  • LQ45 725   0,95   0,13%
  • ISSI 202   3,69   1,86%
  • IDX30 378   0,13   0,03%
  • IDXHIDIV20 460   2,21   0,48%
  • IDX80 105   0,15   0,14%
  • IDXV30 112   1,00   0,90%
  • IDXQ30 124   0,24   0,19%

Perang Tarif Memanas, China Bersumpah akan Bertarung Sampai Akhir


Selasa, 08 April 2025 / 16:04 WIB
Perang Tarif Memanas, China Bersumpah akan Bertarung Sampai Akhir
ILUSTRASI. China menolak tunduk pada apa yang disebutnya sebagai "pemerasan" oleh Amerika Serikat (AS) dalam perang dagang global yang dipicu oleh tarif besar-besaran dari Presiden Donald Trump. REUTERS/Dado Ruvic


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BEIJING/WASHINGTON/PARIS. China menolak tunduk pada apa yang disebutnya sebagai "pemerasan" oleh Amerika Serikat (AS) dalam perang dagang global yang dipicu oleh tarif besar-besaran dari Presiden Donald Trump.

Ketegangan ini masih jauh dari mereda meski pasar saham global mulai stabil.

Pernyataan tegas dari Beijing muncul setelah Trump mengancam akan meningkatkan tarif atas impor dari China hingga lebih dari 100% pada hari Rabu, sebagai balasan atas kebijakan balasan tarif serupa dari China pekan lalu.

Baca Juga: Trump dan China Saling Balas Tarif Impor, Dunia Bersiap Hadapi Ketidakpastian Ekonomi

"Ancaman AS untuk menaikkan tarif terhadap China adalah kesalahan demi kesalahan, sekali lagi memperlihatkan sifat memeras dari pihak Amerika," ujar Kementerian Perdagangan China, Selasa (8/4).

"Jika AS tetap pada jalurnya, China akan bertarung sampai akhir."

Perang Dagang Mengguncang Pasar Global

Produsen China mulai dari peralatan makan hingga lantai vinyl kini kebingungan menghitung ulang margin keuntungan, berencana membangun pabrik di luar negeri, dan mencoba menegosiasikan harga baru akibat beban tarif yang semakin tinggi.

Di sisi lain, Uni Eropa mengajukan tarif balasan terhadap serangan tarif dari AS yang telah berdampak ke puluhan negara, mengguncang pasar keuangan global, dan meningkatkan kekhawatiran akan potensi resesi dunia.

Meski demikian, pasar saham mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada Selasa. Indeks Nikkei Jepang melonjak 6%, rebound dari level terendah dalam 1,5 tahun.

Baca Juga: China Sebut Tarif AS sebagai Aksi Pembulian, Ini Ajakan Tiongkok ke Negara Lain

Hal ini terjadi setelah PM Jepang Shigeru Ishiba menyetujui pembukaan perundingan dagang dengan Trump.

Saham unggulan China (blue chips) naik 1% setelah merosot lebih dari 7% pada hari sebelumnya. Sementara indeks Hang Seng Hong Kong juga pulih dari kejatuhan terburuk sejak 1997.

Namun, pasar Indonesia terpukul parah. IHSG anjlok 9% dan nilai tukar rupiah jatuh ke rekor terendah. Bank Indonesia menyatakan siap intervensi untuk menstabilkan pasar.

Trump Dianggap Mengubah Wajah AS

Kepala operator bursa saham pan-Eropa, Euronext, Stephane Boujnah, menyatakan bahwa AS kini mulai menyerupai negara berkembang karena kebijakan dagangnya.

"Rasa takut menyelimuti segalanya," ujarnya kepada radio France Inter.

"Ada semacam masa berkabung, karena AS yang dulu kita kenal sebagai bangsa dominan kini lebih mirip negara berkembang."

Baca Juga: Trump Ancam Tambah Tarif 50% Lagi Atas China, Jika Tiongkok Tak Cabut Tarif Balasan

Trump membela kebijakan tarifnya, yang dikenakan minimum 10% dan hingga 50% pada produk-produk tertentu, sebagai langkah untuk membangkitkan kembali basis industri AS yang menurutnya telah terkikis akibat liberalisasi perdagangan selama puluhan tahun.

"Ini satu-satunya kesempatan kita untuk mengatur ulang meja perundingan. Tidak ada presiden lain yang mau melakukan ini," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.

Eropa Siapkan Tarif Balasan, Vietnam Minta Penundaan

Komisi Eropa merespons dengan mengusulkan tarif 25% terhadap sejumlah barang AS seperti kedelai, kacang-kacangan, dan sosis.

Meskipun begitu, produk seperti wiski bourbon tidak dimasukkan dalam daftar, menurut dokumen yang dilihat Reuters.

Sementara itu, Vietnam—salah satu negara yang akan paling terdampak—meminta penundaan 45 hari terhadap tarif baru, dan menawarkan peningkatan pembelian produk-produk AS termasuk alat pertahanan dan keamanan.

Baca Juga: Tak Seperti China, Mengapa Indonesia Tak Balas Saja Tarif Trump?

Kekhawatiran Investor Meningkat

Banyak pihak masih bingung apakah tarif Trump ini bersifat permanen atau hanya taktik untuk menekan negara lain agar berunding.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent dilaporkan bertemu dengan Trump untuk mendorongnya menunjukkan ada "ujung jalan" dari strategi ini guna menenangkan pasar.

CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon memperingatkan dampak jangka panjang dari tarif ini. Bahkan, manajer dana dan pendukung Trump, Bill Ackman, menyebutnya bisa menyebabkan "musim dingin ekonomi nuklir."

Elon Musk, CEO Tesla, menyerukan penghapusan tarif antara AS dan Eropa, dan dikabarkan telah menghubungi langsung Trump untuk membujuknya membatalkan kebijakan tersebut.

Namun, penasihat perdagangan Trump, Peter Navarro, menolak seruan Musk, menyebutnya hanya "perakit mobil."



TERBARU

[X]
×