Sumber: Bloomberg | Editor: Hendra Gunawan
WASHINGTON. Dalam beberapa bulan terakhir, perbankan di Amerika Serikat (AS) getol melonggarkan persyaratan kredit. Langkah tersebut dipicu oleh permintaan kredit yang semakin tinggi. Dus, peningkatan penyaluran kredit akan mendorong pemulihan ekonomi di negara tersebut dari kontraksi.
The Fed menyurvei 75 bank domestik dan 23 unit bank asing pada periode 1 Juli hingga 15 Juli 2014. "Survei menunjukkan bahwa perbankan melonggarkan standar dan persyaratan kredit untuk berbagai tipe dan kategori kredit di tengah permintaan utang yang meningkat," seperti tertulis dalam siaran pers bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), yang dikutip Bloomberg.
Pelonggaran standar dan persyaratan kredit ini juga terjadi pada kredit properti komersial dan properti residensial. Namun, sebagian besar syarat kredit konsumen tidak berubah.
Dampaknya, beberapa bank melaporkan kenaikan permintaan kredit industri dan kredit komersial. Tak cuma itu, sebagian besar bank pun melaporkan kuatnya permintaan kredit real estate komersial. Di sisi lain, beberapa bank mencatat kenaikan permintaan kartu kredit dan berbagai jenis kredit konsumen lain.
Mark Vitner, Ekonom Seniro Wells Fargo Securities, mengatakan perbaikan pasar kredit perbankan ini merupakan sinyal bagus untuk pertumbuhan ekonomi Paman Sam di masa depan. Ia pun meramal pertumbuhan kredit tahun ini bakal sedikit lebih baik ketimbang tahun lalu. "Ekonomi AS tampaknya berada dalam satu titik balik," katanya. Potensi kenaikan suku bunga tahun depan turut mendorong penyaluran kredit saat bunga rendah saat ini.
Namun, Presiden The Fed Kansas City Esther George mengatakan, pihaknya justru mengkhawatirkan kompetisi penyaluran kredit ini bakal semakin memanas. "Kami melihat tanda-tanda bank berburu untung pada pasar kredit berjaminan, kredit kendaraan lapis kedua dan kredit korporasi," tukasnya.
Dalam laporan pada bulan lalu, The Fed mengatakan bahwa beberapa institusi finansial mulai mengucurkan kredit ke debitur dengan risiko lebih tinggi. Debitur dengan risiko lebih tinggi akan membuka peluang perbankan untuk meraup margin yang lebih besar di tengah suku bunga murah yang terus bertahan sejak krisis ekonomi tahun 2008 silam.