Sumber: The Star,Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
“Mobilitas itu penting dan persyaratan seperti itu tidak boleh dimasukkan dalam pembukaan kembali. Fokusnya seharusnya bukan pada orang yang mematuhi SOP, termasuk pelacakan kontak," tambahnya.
Menurutnya, banyak orang Malaysia yang saat ini berada di Singapura untuk bekerja sudah merasa sulit untuk mengatasi biaya hidup di republik pulau itu, katanya.
Baca Juga: Hasil pemilu Singapura mengejutkan, rencana suksesi ditunda?
"Pembukaan kembali perbatasan tidak akan membawa banyak perbedaan bagi mereka yang bekerja di Singapura jika mereka hanya diizinkan untuk kunjungan singkat dan kemudian harus terdampar lagi selama tiga bulan," katanya.
Sementara itu, asisten kimiawan Eddie Manoah, 25, yang telah terjebak di Singapura sejak Maret, mengatakan bahwa ia terkejut dengan persyaratan bahwa ia harus tetap bekerja di Singapura selama tiga bulan sebelum diizinkan memasuki Malaysia untuk kunjungan singkat.
“Saya berharap perbatasan membuka sepenuhnya bagi pemegang izin kerja. Mereka yang tinggal di Singapura harus tinggal lebih lama di sana. Akan sulit bagi kami untuk menutupi pengeluaran kami dan melunasi hutang kami,” tambahnya.
Baca Juga: Hasil pemilu mengejutkan partai berkuasa Singapura, oposisi raih 10 kursi parlemen
Manoah mengatakan bahwa dia telah berbagi kamar di asrama dengan pekerja Malaysia lainnya dengan harga sekitar S$ 600 (RM 1.839) sebulan sejak penutupan perbatasan.