kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perbatasan Malaysia-Singapura akan dibuka lagi, tapi ada persyaratan yang memberatkan


Rabu, 15 Juli 2020 / 06:33 WIB
Perbatasan Malaysia-Singapura akan dibuka lagi, tapi ada persyaratan yang memberatkan
ILUSTRASI. Warga komuter tampak mengenakan masker saat tiba di Singapura dari Malaysia. REUTERS/Edgar Su


Sumber: The Star,Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JOHOR BARU. Berita tentang pembukaan kembali perbatasan Malaysia dan Singapura mulai 10 Agustus 2020 disambut dengan napas lega oleh warga kedua negara.

Namun, banyak warga yang prihatin tentang pengenaan persyaratan untuk tinggal selama tiga bulan di Singapura dalam setiap perjalanan bagi mereka yang memegang izin imigrasi jangka panjang untuk bisnis dan pekerjaan.

Melansir The Star, masyarakat berharap bahwa kedua belah pihak akan menerapkan prosedur operasi standar (SOP) yang jelas dan praktis untuk menghindari masalah di dua perlintasan perbatasan Johor Causeway dan Second Link.

Baca Juga: Singapura dan Malaysia sepakat membuka kembali perbatasan untuk perjalanan bisnis

Presiden Asosiasi Bisnis India Johor (Jiba) P. Sivakumar mengatakan, pembukaan kembali perbatasan adalah berita baik karena tidak hanya akan memungkinkan bisnis lokal untuk bertahan tetapi juga menyediakan keamanan pekerjaan bagi warga Malaysia yang bekerja di Singapura.

“Bisnis lokal, terutama di Johor Baru, sangat bergantung pada pelanggan Singapura untuk berkembang dan banyak yang sekarang hampir tutup karena penutupan perbatasan. Pembukaan kembali perbatasan sangat disambut baik tetapi harus dilakukan dengan hati-hati dan orang-orang harus benar-benar mematuhi SOP untuk memastikan keselamatan mereka sendiri," katanya dalam sebuah wawancara kepada The Star.

Baca Juga: 60 hari dengan nol kasus corona, Sultan Brunei bakal gelar perayaan ulang tahun

Namun, Sivakumar mengatakan, persyaratan di mana warga Malaysia yang bekerja di Singapura hanya diizinkan memasuki negara itu untuk cuti rumah jangka pendek hanya setelah tiga bulan bekerja di republik pulau itu "tidak perlu".

“Mobilitas itu penting dan persyaratan seperti itu tidak boleh dimasukkan dalam pembukaan kembali. Fokusnya seharusnya bukan pada orang yang mematuhi SOP, termasuk pelacakan kontak," tambahnya.

Menurutnya, banyak orang Malaysia yang saat ini berada di Singapura untuk bekerja sudah merasa sulit untuk mengatasi biaya hidup di republik pulau itu, katanya.

Baca Juga: Hasil pemilu Singapura mengejutkan, rencana suksesi ditunda?

"Pembukaan kembali perbatasan tidak akan membawa banyak perbedaan bagi mereka yang bekerja di Singapura jika mereka hanya diizinkan untuk kunjungan singkat dan kemudian harus terdampar lagi selama tiga bulan," katanya.

Sementara itu, asisten kimiawan Eddie Manoah, 25, yang telah terjebak di Singapura sejak Maret, mengatakan bahwa ia terkejut dengan persyaratan bahwa ia harus tetap bekerja di Singapura selama tiga bulan sebelum diizinkan memasuki Malaysia untuk kunjungan singkat.

“Saya berharap perbatasan membuka sepenuhnya bagi pemegang izin kerja. Mereka yang tinggal di Singapura harus tinggal lebih lama di sana. Akan sulit bagi kami untuk menutupi pengeluaran kami dan melunasi hutang kami,” tambahnya.

Baca Juga: Hasil pemilu mengejutkan partai berkuasa Singapura, oposisi raih 10 kursi parlemen

Manoah mengatakan bahwa dia telah berbagi kamar di asrama dengan pekerja Malaysia lainnya dengan harga sekitar S$ 600 (RM 1.839) sebulan sejak penutupan perbatasan.

“Dimungkinkan untuk mendapatkan tempat tinggal untuk jangka waktu pendek tetapi biayanya tinggi dan juga bisa sulit ditemukan karena sebagian besar opsi sewa membutuhkan deposit dua bulan dan periode sewa minimum setidaknya setengah tahun," cerita Manoah.

Sebelumnya, dalam pernyataan bersama oleh Menteri Luar Negeri Datuk Seri Hishammuddin Hussein dan mitranya dari Singapura Dr Vivian Balakrishnan, mereka mengumumkan bahwa kedua pemerintah telah sepakat untuk mengimplementasikan Jalur Hijau Timbal Balik (RGL) dan Pengaturan Komuter Berkala (PCA).

Baca Juga: Perbatasan Malaysia-Singapura segera dibuka, negara lain menyusul

Mereka mengatakan RGL akan memungkinkan perjalanan lintas-perbatasan untuk tujuan bisnis penting dan resmi antara kedua negara.

Melansir Bloomberg, Singapura sangat bergantung pada pekerja dan makanan dari negara tetangganya. Maybank Kim Eng Research memperkirakan, ada sekitar 400.000 warga Malaysia yang bekerja dan belajar di Singapura melintasi perbatasan setiap hari. Potensi pukulan terhadap perekonomian Singapura bisa lebih besar. 

Baca Juga: Selain India, China juga sengketa perbatasan dengan 17 negara, termasuk Indonesia

"Melarang komuter harian pada dasarnya akan memotong hampir sepersepuluh tenaga kerja Singapura, merugikan industri manufaktur dan jasa," kata Chua Hak Bin, seorang ekonom senior di Maybank di Singapura kepada Bloomberg saat diwawancara pertengahan Maret lalu.




TERBARU

[X]
×