Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perdana Menteri China Li Qiang, mengatakan bahwa konsekuensi saling merusak dari tarif semakin nyata pada tahun 2025. Pernyataan ini diungkapkan dalam pidatonya di "Dialog 1+10" yang dihadiri oleh para pemimpin IMF, Organisasi Perdagangan Dunia, dan Bank Dunia.
Mengutip Reuters, Selasa (9/12/2025), tanpa menyebut nama Presiden AS Donald Trump, pejabat tertinggi kedua China tersebut mengatakan dalam pertemuan di Beijing bahwa upaya yang lebih besar diperlukan untuk mereformasi tata kelola ekonomi global karena hambatan perdagangan.
Data perdagangan menunjukkan, surplus perdagangan China melampaui US$ 1 triliun untuk pertama kalinya pada bulan November, yang menurut para ekonom terkait dengan tarif Trump yang mengalihkan pengiriman dari ekonomi terbesar kedua di dunia ke pasar lain, yang memberikan tekanan pada sektor manufaktur di negara-negara tersebut.
Baca Juga: Bursa Saham Hong Kong dan Regulator Meminta Bank untuk Menjaga Kualitas Aplikasi IPO
"Sejak awal tahun, ancaman tarif telah membayangi perekonomian global," ujar Li dalam pertemuan tersebut, yang juga dihadiri oleh para pejabat senior dari OECD dan Organisasi Perburuhan Internasional.
Li juga mengatakan bahwa kecerdasan buatan menjadi pusat perdagangan, menyoroti model-model seperti DeepSeek dari China sebagai pendorong transformasi global industri-industri tradisional dan sebagai katalisator pertumbuhan di sektor-sektor baru, termasuk robot pintar dan perangkat yang dapat dikenakan (wearable).













