kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Permintaan Tipis, Harga Minyak Kembali Teriris


Selasa, 25 November 2008 / 11:47 WIB
Permintaan Tipis, Harga Minyak Kembali Teriris


Sumber: Bloomberg |

SINGAPURA. Harga minyak mentah di New York menciut, mengurangi perolehan kemarin yang mencapai 9%. Hal ini terjadi lantaran permintaan terhadap bahan bakar juga menurun.

Asal tahu saja, harga minyak menanjak lebih dari US$ 4 per barel pada hari Senin (24/11) kemarin, mengikuti saham-saham AS maupun Eropa yang juga melonjak setelah pemerintah memberi jaminan sebesar US$ 306 miliar untuk aset Citigroup. Menurut Federal Highway Administration, pengendara roda dua di AS juga menyusut sebesar 4,4% di bulan September kendati harga bensin anjlok.

“Untuk jangka pendek, situasi perekonomian secara riil belum meningkat,” kata David Moore, commodity strategist untuk Commonwealth Bank of Australia Ltd. Di Sydney. “Hampir semua data perekonomian di bulan-bulan yang akan datang akan melemah. Artinya, isu konsumsi akan menjadi yang paling dipikirkan oleh pasar minyak, dan ini akan menggiring harga minyak berada dibawah tekanan,” imbuhnya.

Minyak mentah untuk pengiriman Januari menciut 69 sen, atau 1,3% menjadi US$ 53,81 per barel di New York Mercantile Exchange. Atau, US$ 53,84 per barel pada pukul 11.36 waktu Singapura. Kontrak berjangka juga menyusut 63% sejak menyentuh rekornya pada 11 Juli 2008 sebesar US$
147,27 per barel. Kemarin, kontrak telah meningkat US$ 4,57 atau 9,2% dan bertahan di harga US$ 54,50 per barel. Ini merupakan perolehan tertinggi sepanjang hari sejak 4 November 2008 lalu.

Komoditi lain juga turun hari ini. Tembaga untuk pengiriman tiga bulan anjlok 2,9% menjadi US$ 3.640 per metrik ton di London Metal Exchange lantaran menggemuknya persediaan di tengah resesi global. Sedangkan emas untuk pengiriman secepatnya, juga melandai 63 sen menjadi US$ 813,70 per ounce setelah meroket 7,3% kemarin.

Minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Januari tergelincir sebanyak 73 sen atau 1,4% menjadi US$ 53,20 per barel pada pukul 11.36 waktu Singapura di ICE Futures Europe exchange London. Kontrak kemarin naik US$ 4,74 atau 9,6% dan mapan di harga US$ 53,93 per barel.

Menteri perminyakan dari 13 negara anggota Organization of Petroleum Exporting Countries dijadwalkan untuk bertemu pada 29 November 2008 nanti di Cairo. “Kami khawatir tentang arah harga minyak,” kata Shokri Ghanem, pejabat perminyakan papan Libya. “Kita perlu melihat apakah harga minyak jatuh karena likuiditas telah meninggalkan pasar atau memang karena terlalu banyak minyak di pasaran,” imbuhnya.

Keputusan OPEC pada pertemuan di Vienna bulan lalu adalah pemangkasan 1,5 juta barel per hari untuk mengerem penurunan harga minyak dunia seiring dengan terjungkalnya perekonomian dan membikin permintaan terhadap minyak tergunting. OPEC menyuplai lebih dari 40% kebutuhan minyak dunia.

“Entah akhir tahun ini atau awal tahun depan, kemungkinan kita akan melihat harga minyak dunia yang meningkat. Soalnya, kami belum melihat dampak secara keseluruhan dari perubahan OPEC atas target produksi mereka. Dan kemungkinan akan ada perubahan yang terjadi pada pertemuan Desember nanti,” kata Commonwealth Bank Moore.

Venezuela menginginkan OPEC mengembalikan sistem harga minyak semula untuk menjamin stabilitas. Hal itu dikatakan oleh Presiden Hugo Chavez said, semalam.

“Negara ini menghitung harga minyak sekitar US$ 80 hingga US$ 100 per barel adalah cukup fair,” kata Chavez.

Harga ini sama hitungannya dengan bank asal Belanda, ABN Amro yang telah memprediksikan harga minyak untuk tahun depan. Menurut bank ini, harga minyak akan diperdagangkan antara US$ 80 hingga US$ 100 per barel pada tahun 2009. Hal itu dipaparkan oleh Jens Zimmerman, senior equity analyst, dalam wawancaranya dengan Bloomberg Television.

“Harga minyak dibawah US$ 50 per barel juga sangat tidak realistis saat ini. Soalnya, banyak proyek yang mestinya digelindingkan, kemudian justru ditunda,” kata Jens. Ia menambahkan, “Jadi mulai saat ini hingga 2011, kita akan mendapat suplai yang sama remuknya seperti perekonomian yang kita lihat pada 2005 hingga 2007.”



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×