kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,89   4,58   0.50%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perompakan bersenjata di Selat Singapura meningkat, kebanyakan di perairan Indonesia


Jumat, 16 Juli 2021 / 14:17 WIB
Perompakan bersenjata di Selat Singapura meningkat, kebanyakan di perairan Indonesia
ILUSTRASI. Pemandangan kapal di Selat Singapura, 3 April 2019. Perompakan bersenjata di Selat Singapura meningkat. REUTERS/Henning Gloystein


Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Insiden perompakan bersenjata di kapal di Selat Singapura meningkat pada paruh pertama tahun 2021, dengan mayoritas melibatkan kapal besar seperti kapal curah.

Dari Januari hingga Juni tahun ini, total 20 insiden perompakan bersenjata terjadi di Selat Singapura, naik dari 16 pada periode yang sama tahun sebelumnya, menurut pusat berbagi informasi maritim pada Jumat (16 Juli).

Ini kontras dengan penurunan 35% dalam jumlah insiden di kawasan Asia selama periode yang sama, Pusat Berbagi Informasi Perjanjian Kerjasama Regional tentang Pemberantasan Pembajakan dan Perampokan Bersenjata terhadap Kapal di Asia (ReCAAP) mengatakan.

Selama enam bulan pertama tahun ini, ada 37 insiden perampokan bersenjata di Asia, turun dari 57 pada periode yang sama tahun lalu, dengan lebih sedikit kasus yang dilaporkan di lokasi seperti India, Indonesia, Filipina, dan Laut China Selatan.

Baca Juga: Perompakan di Selat Singapura naik tajam, kebanyakan di perairan Indonesia

Masafumi Kuroki, Direktur Eksekutif ReCAAP, menyebutkan, "terus terjadinya" insiden di atas kapal di Selat Singapura tetap menjadi perhatian, dan kejadian itu kemungkinan akan terus terjadi jika pelaku tidak ditangkap.

Dari insiden di Selat Singapura, 16 di antaranya terjadi di Jalur Timur Traffic Separation Scheme (TSS), di perairan Tanjung Pergam, Pulau Bintan, Indonesia.

Perompakan terjadi selama malam hari di kapal curah, tanker, dan kapal kargo umum, ReCAAP mengungkapkan. Sebagian besar insiden melibatkan kelompok yang terdiri dari empat orang. Tujuh insiden melibatkan pelaku dengan pisau.

“Ini bukan lagi pencurian kecil-kecilan, ini adalah kejahatan yang lebih serius ketika pelaku dipersenjatai dengan pisau atau senjata lain atau jika kru diancam atau terluka," kata Kuroki, seperti dilansir Channel News Asia.

Baca Juga: Cegah perompakan, RI ikut operasi militer Filipina

"Jadi, ini menjadi perhatian bagi komunitas maritim bahwa insiden seperti itu terjadi di Selat Singapura," ujarnya.

Dia menambahkan, beberapa peristiwa terjadi hampir bersamaan di lokasi yang berbeda, menunjukkan kemungkinan ada beberapa kelompok pelaku. “Yang penting adalah memperkuat upaya penegakan hukum oleh negara-negara pesisir,” tegasnya.

Kuroki mencatat, lembaga penegak hukum dari tiga negara pantai, Indonesia, Malaysia, dan Singapura, sudah bekerjasama, dan ia berharap mereka akan terus “meningkatkan upaya koordinasi dan kerjasama”.

“Pada saat yang sama, industri pelayaran tahu di mana insiden itu terjadi. Mereka harus meningkatkan kewaspadaan mereka di daerah itu,” imbuh dia.

Selanjutnya: Perompak menculik tujuh pelaut Rusia di Teluk Guinea




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×