Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. The Federal Reserve (Fed) memutuskan mempertahankan suku bunga dilevel 4,25%-4,5%. The Fed tak mengubah suku bunganya meski sudah disambangi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang terus meminta penurunan bunga.
Namun ada yang berbeda dengan keputusan The Fed terbaru ini. Keputusan mempertahankan suku bunga pada Rabu (30/7/2025, menghasilkan jumlah suara perbedaan pendapat terbanyak dari para gubernur di bank sentral AS untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade.
Reuters melaporkan, Gubernur Christopher Waller dan Wakil Ketua Pengawas Fed, Michelle Bowman, memberikan suara menentang keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan bank sentral tetap pada kisaran 4,25%-4,50%, dan lebih memilih untuk menurunkannya sebesar seperempat poin persentase.
Ini menandai pertama kalinya dua anggota Dewan Gubernur yang berbasis di Washington secara resmi tidak setuju dengan keputusan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan kebijakan sejak Desember 1993, menurut data dari Fed St. Louis.
Baca Juga: Pernyataan Hasil FOMC Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) 30 Juli 2025
Oposisi formal dari gubernur Fed relatif jarang terjadi, dan sebagian besar suara tidak setuju di FOMC berasal dari ketidaksetujuan yang dimiliki oleh presiden bank sentral Fed regional. Terakhir kali seorang gubernur tidak setuju adalah pada pertemuan September lalu, ketika Bowman menginginkan penurunan suku bunga yang lebih kecil daripada yang diinginkan rekan-rekannya. Terakhir kali dua presiden Fed regional memberikan suara menentang konsensus FOMC adalah pada Oktober 2019.
Secara umum, suara tidak setuju di FOMC jarang terjadi. Hingga Rabu, belum ada pertemuan The Fed tahun ini yang menghasilkan penolakan resmi, dengan hanya dua perbedaan pendapat yang terjadi pada tahun 2024 dan tidak ada pada tahun 2023.
Perbedaan pendapat terbaru ini bukanlah suatu kejutan, karena baik Waller maupun Bowman telah mengisyaratkan keterbukaan mereka terhadap pelonggaran suku bunga menjelang pertemuan kebijakan tersebut.
Dalam pidatonya pada 17 Juli, Waller membenarkan keinginannya untuk menurunkan biaya pinjaman jangka pendek dengan mengatakan "ekonomi masih tumbuh, tetapi momentumnya telah melambat secara signifikan, dan risiko terhadap mandat ketenagakerjaan FOMC telah meningkat."
Bowman, dalam pidatonya pada 23 Juni, menepis kekhawatiran bahwa tarif impor Presiden Donald Trump akan mendorong inflasi dan mengatakan selama tekanan inflasi tetap terkendali, ia yakin bahwa "sudah waktunya untuk mempertimbangkan" penurunan suku bunga pada pertemuan 29-30 Juli.
Trump telah mengecam Ketua The Fed Jerome Powell karena gagal memenuhi tuntutan Gedung Putih agar suku bunga segera diturunkan. Baik Waller maupun Bowman ditunjuk menjadi anggota dewan Fed oleh presiden saat ini.
Pandangan Berbeda
Berbeda dengan Waller dan Bowman, sebagian besar pembuat kebijakan Fed mengambil pendekatan menunggu dan melihat prospek kebijakan ekonomi dan moneter. Meskipun tekanan inflasi telah mereda, banyak pejabat khawatir tarif Trump akan meningkatkan tekanan harga seiring waktu, yang menentang pelonggaran kebijakan.
Berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan Fed, Powell menanggapi suara-suara yang tidak setuju dengan tenang.
"Ini adalah pertemuan yang cukup baik bagi semua pihak," kata Powell. "Yang Anda inginkan dari semua orang, dan juga dari seorang yang tidak setuju, adalah penjelasan yang jelas tentang apa yang Anda pikirkan dan apa argumen yang Anda buat," dan "kita telah membahasnya hari ini."
Powell menolak untuk mengatakan apakah para penentang telah mendorongnya untuk mendukung kebijakan yang lebih longgar ketika para pejabat bertemu lagi. "Kami belum membuat keputusan apa pun tentang bulan September. Kami akan memantau semua data yang masuk dan bertanya pada diri sendiri apakah suku bunga dana federal berada di tempat yang tepat."
Baca Juga: The Fed Diprediksi Tahan Suku Bunga, Meski Trump Desak Pemangkasan Tajam
Waller, yang disebut-sebut sebagai calon pengganti Powell ketika masa jabatan kepala Fed berakhir Mei mendatang, telah menyatakan dalam serangkaian pernyataan publik bahwa setiap kenaikan inflasi akibat tarif akan menjadi pukulan satu kali yang dapat diabaikan oleh para bankir sentral. Ia semakin khawatir bahwa pasar tenaga kerja akan stagnan dan ingin Fed memastikan hal itu tidak terjadi.
Powell mencatat argumen Waller mungkin ada benarnya. "Kasus dasar yang masuk akal adalah bahwa dampak terhadap inflasi bisa bersifat sementara, mencerminkan pergeseran satu kali pada tingkat harga, tetapi ada juga kemungkinan bahwa dampak inflasi justru bisa lebih persisten, dan itu merupakan risiko yang harus dinilai dan dikelola."