Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - BAMBOLIM. Pertemuan negara-negara The Group of 20 (G20) di India pada Sabtu (22/7), gagal mencapai kesepakatan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Sebab, beberapa negara produsen bahan bakar fosil keberatan.
Melansir Reuters, Minggu (23/7), para ilmuwan dan pegiat lingkungan merasa jengkel dengan lambannya badan-badan internasional dalam mengambil tindakan untuk mengurangi pemanasan global. Bahkan ketika cuaca ekstrem dari China sampai Amerika Serikat (AS) yang memperburuk krisis iklim dunia.
Negara-negara anggota G20 diketahui bersama-sama menyumbang lebih dari tiga perempat emisi global dan produk domestik bruto (PDB). Oleh karena itu, upaya dari negara-negara G20 untuk mengurangi karbon sangat penting dalam perjuangan global melawan perubahan iklim.
Baca Juga: WHO: Cuaca Panas Ekstrem Mulai Menyiksa Sistem Kesehatan Global
Namun, ketidaksepakatan, termasuk dalam hal peningkatan kapasitas energi terbarukan hingga tiga kali lipat pada 2030, mengakibatkan para pejabat mengeluarkan pernyataan akhir pada akhir pertemuan di Bambolim, India.
"Kami memiliki kesepakatan lengkap pada 22 dari 29 paragraf, dan tujuh paragraf merupakan ringkasan, Ketua," kata Menteri Tenaga Listrik India, Singh.
Adapun rencana agar negara-negara maju memenuhi penggalangan dana sebesar US$ 100 miliar per tahun untuk aksi iklim di negara-negara berkembang dari 2020-2025 dan ide penanganan mengenai perang di Ukraina juga tidak berhasil mencapai kata sepakat.
Penggunaan bahan bakar fosil menjadi topik utama dalam pertemuan tersebut. Namun, para pejabat gagal mencapai konsensus untuk membatasi penggunaan bahan bakar fosil yang tak terkendali.
Singh dalam konferensi pers mengatakan bahwa beberapa negara ingin menggunakan energi karbon sebagai pengganti apabila nantinya ada pengurangan bahan bakar fosil. Akan tetapi, dia tidak menyebutkan nama negara-negara tersebut.
Produsen bahan bakar fosil utama, seperti Arab Saudi, Rusia, Cina, Afrika Selatan, dan Indonesia, diketahui menentang tujuan peningkatan kapasitas energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat dalam dekade ini.
Baca Juga: Kota-Kota di China Bersiap Hadapi Banjir Saat Suhu Panas Menerpa Wilayah Pedalaman