Reporter: Grace Olivia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Perekonomian Amerika Serikat (AS) sepanjang kuartal pertama tahun ini, versi final, tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi lantaran pengeluaran konsumsi yang menyentuh titik terlemah dalam lima tahun.
Namun, pasar tenaga kerja yang menguat, serta kebijakan pemangkasan pajak diharapkan masih dapat menopang perekonomian AS.
Departemen Perdagangan, Kamis (28/6), merilis angka final produk domestik bruto (PDB) AS yang tumbuh 2% year-on-year (yoy) pada periode Januari-Maret 2018. Angka ini lebih kecil dibanding rilis PDB pre-eliminary yang berada di level 2,2% yoy.
Pertumbuhan ekonomi AS kuartal pertama ini juga lebih rendah dibandingkan kuartal keempat tahun lalu yang mencapai 2,9% yoy. Penurunan ini mencerminkan melemahnya belanja konsumen dan inventaris yang lebih kecil dari perkiraan pemerintah bulan lalu.
Dilansir dari Reuters, belanja konsumen menyumbang lebih dari dua per tiga kegiatan perekonomian AS. Sayang, pertumbuhannya tertahan di level 0,9% yoy, lebih kecil dari pertumbuhan yang dilaporkan sebelumnya yaitu 1% yoy. Padahal, belanja konsumen AS tumbuh 4% yoy kuartal keempat tahun lalu.
Ini merupakan laju pertumbuhan belanja konsumen AS yang terendah sejak kuartal kedua 2013. Namun, ada harapan belanja konsumen di kuartal kedua bisa membaik seiring dengan pasar tenaga kerja yang menguat sehingga tingkat pertumbuhan upah ikut membaik.
Di sisi lain, para ekonom juga mengingatkan bahwa kebijakan "American First" yang telah memicu perang dagang selama ini, memiliki andil dalam ketidakpastian prospek ekonomi AS.
Ekonom dan analis khawatir, konflik tarif dagang AS dengan China, Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa akan mengganggu rantai pasokan, melemahkan investasi bisnis, dan berpotensi menghapus stimulus fiskal.
"Perdagangan menjadi risiko pelemahan (ekonomi) yang signifikan," kata Gus Faucher, Kepala Ekonom di PNC Financial Services di Pittsburgh, seperti dikutip Reuters, Jumat (29/6). "Potensi perang dagang yang mengancam ekspansi ekonomi global dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih lemah," lanjutnya.