kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi AS Tak Melambat, The Fed Siap Bergerak Lebih Agresif


Rabu, 18 Mei 2022 / 12:59 WIB
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi AS Tak Melambat, The Fed Siap Bergerak Lebih Agresif
ILUSTRASI. Sebuah layar menampilkan Ketua The Fed Jerome Powell di lantai perdagangan di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, New York, AS, 28 Juli 2021. REUTERS/Andrew Kelly.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Bank sentral AS ingin melihat pertumbuhan ekonomi melambat dan bukti "jelas" dari perlambatan inflasi sebelum menarik kembali upaya untuk memperlambat ekonomi, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pada Selasa (17/5).

Ekonomi terbesar dunia itu menghadapi inflasi tercepat dalam empat dekade terakhir, mendorong The Fed untuk berjuang guna mencoba mendinginkan tekanan harga, dan mengumumkan awal bulan ini kenaikan suku bunga terbesar sejak 2000.

Powell bilang, para pembuat kebijakan di Federal Reserve setuju peningkatan agresif lainnya yang "rencananya" pada Juni dan Juli.

"Apa yang kita butuhkan adalah melihat pertumbuhan bergerak turun dari tingkat yang sangat tinggi yang kita lihat tahun lalu, bergerak turun ke tingkat yang masih positif," kata Powell di sebuah acara The Wall Street Journal.

Baca Juga: Volatilitas Pasar Saham Tinggi, Imbal Hasil US Treasury Bertenor 10 Tahun di Bawah 3%

Tetapi, dia menambahkan, tetap memungkinkan pasokan untuk mengejar permintaan.

Bankir sentral AS perlu melihat "bukti yang jelas dan meyakinkan bahwa tekanan inflasi mereda dan inflasi turun. Dan, jika kami tidak melihat itu, maka kami harus mempertimbangkan untuk bergerak lebih agresif," tegasnya, seperti dikutip Channel News Asia.

Tapi, Powell menyebutkan, prospeknya sangat tidak pasti, dengan ekonomi AS mengalami terpaan tantangan simultan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Termasuk, dampak dari pandemi sekali dalam satu abad, masalah rantai pasokan yang sedang berlangsung, efek harga dan komoditas dari perang di Ukraina, dan kekurangan tenaga kerja yang tidak terduga.

Baca Juga: Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq Cetak Koreksi Mingguan Terpanjang Lebih dari 1 Dekade

"Kami tidak tahu jalur ekonomi. Ada banyak peristiwa global yang terjadi yang bisa memengaruhi yang sebenarnya tidak di bawah kendali kami," Powell memperingatkan.

Setelah jatuh pada kuartal kedua 2020, pertumbuhan AS telah pulih, melonjak 5,7% tahun lalu. Dan, meskipun ada kontraksi pertumbuhan dalam tiga bulan pertama tahun ini, harga konsumen melonjak 8,5% dalam 12 bulan yang berakhir pada Maret.

Untuk menjinakkan laju inflasi, sejauh ini The Fed sudah mengerak suku bunga sebanyak dua kali di 2022.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×