Reporter: Vina Destya | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di seluruh dunia mulai mereda, atau setidaknya telah mengalami penurunan di tahun ini.
Dilansir dari Bloomberg, sekitar 51.000 pekerja di seluruh dunia dipangkas pada Juni. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan Desember 2022 silam pada hampir 1.300 perusahaan.
Perubahan juga terjadi di antara bulan Juni dan bulan Mei di mana terjadi penurunan sebesar 25%, yang juga menandakan terjadinya penurunan keempat dalam lima bulan terakhir.
Pada kuartal II tahun 2023 ini juga perusahaan melakukan perampingan yang tidak terlalu agresif, di mana ukuran rata-rata PHK saat ini sekitar 8% dari total tenaga kerja perusahaan, turun dari 10% pada kuartal sebelumnya.
Terdapat pelaporan bahwa pertumbuhan pekerjaan masih kuat di Amerika Serikat (AS), para pengusaha menambahkan hampir 210 ribu pekerjaan pada bulan lalu.
Baca Juga: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,3% di 2023 Dinilai Terlalu Optimistis
Data tersebut sekaligus memperlihatkan bahwa harapan para gubernur sentral bank kemungkinan menjadi kenyataan yaitu pendinginan ekonomi secara bertahap yang mengendalikan inflasi tanpa memicu resesi global.
Para ekonom juga mengamati dengan saksama apakah kekuatan pasar tenaga kerja ini dapat bertahan atau mungkinkah kenaikan suku bunga selama lebih dari satu tahun akhirnya dapat mengejar permintaan para pemberi kerja dan konsumen yang tampaknya tidak pernah terpuaskan.
PHK yang tinggi selama setahun terakhir terjadi setelah periode PHK yang lebih rendah dari rata-rata pada tahun 2021 dan awal 2022 karena beberapa bisnis melakukan perekrutan sementara yang ingin bergulat dengan kekurangan tenaga kerja yang parah.
“Tak salah lagi, ketika pasar tenaga kerja mendingin dari posisi kita setahun yang lalu, kita akan melihat peningkatan PHK,” ujar Wakil Presiden Senior Perusahaan Kepegawaian Challenger Gray & Christmas Inc, Andrew Challenger dikutip dari The Bisnis Standard, Minggu (16/7).
Perusahaan di sektor teknologi yang telah melakukan PHK lebih dari 200 ribu sejak Bloomberg melakukan pelacakan di bulan Oktober silam, mengalami penurunan tajam hampir 70% terhitung sejak bulan Mei.
Hal ini mungkin hanyalah sebagian, sebab beberapa perusahaan besar telah menghentikan perekrutan berlebihan yang mereka lakukan selama pandemi. Dengan banyaknya populasi yang terjebak di rumah, perusahaan teknologi melihat kenaikan permintaan yang sangat besar dan merupakan suatu peluang untuk berkembang.
“Mereka melakukan perekrutan dengan jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Andrew.
Baca Juga: Jika Rusia-Ukraina Berdamai, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diproyeksi Capai 5,7%
Secara keseluruhan, sekitar 60.000 pekerja diberhentikan di Amazon Meta dan Alphabet sejak Oktober tahun 2022. Data ini menunjukkan bahwa banyak pekerja teknologi yang di PHK dapat menemukan pekerjaan baru dengan relatif cepat.
Meskipun pasar kerja untuk insinyur perangkat lunak tidak sekecil dulu, namun perusahaan rintisan baru yang relatif lebih kecil, perusahaan di industri yang lebih tradisional seperti perbankan dan manufaktur mobil telah memanfaatkan peluang ini untuk mendapatkan talenta terbaik.
Perekrutan kembali karyawan yang di PHK tersebut menjadi lebih cepat karena mungkin menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada rekor tingkat pengangguran yang rendah.
Selain perusahaan di sektor teknologi, perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa juga telah memangkas lebih dari 160 ribu karyawan sejak awal Oktober 2022. Salah satu perusahaan tersebut adalah Autoliv yang merupakan pemasok keselamatan otomotif Swedia yang menempati posisi teratas perusahaan terbanyak melakukan PHK.
Pemangkasan ini terjadi karena pabrik-pabrik dari AS hingga Jepang memperlambat produksi karena pesanan terhenti dan kenaikan suku bunga membuatnya lebih mahal untuk berinvestasi dalam peralatan yang memiliki biaya tinggi.
Adapula perusahaan industri yang melakukan PHK sebanyak hampir 80.000 pekerja dalam segala posisi atau jabatan.
Baca Juga: Morgan Stanley akan Pangkas 7% Tenaga Kerja di Bank Investasi Asia
Dari beberapa data PHK yang dicatat oleh Bloomberg tersebut, sejauh ini yang terbesar adalah 35.000 pekerjaan yang akan dihapuskan oleh pengambilalihan darurat UBS Group atas Credit Suisse. Merger ini terjadi dengan cepat di tengah krisis kepercayaan terhadap Credit Suisse yang dilanda skandal, dan diperparah juga dengan runtuhnya Silicon Valley Bank.
Lebih dari 100 ribu pekerjaan telah hilang secara global di seluruh sektor keuangan sejak bulan Oktober, termasuk beberapa yang dilakukan oleh Bank-Bank all Street.
Meskipun inflasi telah menjukkan tanda-tanda pelonggaran, hal ini mungkin terbukti lebih kuat daripada yang diharapkan oleh para ekonom karena pertumbuhan upah pekerja AS lebih kuat dibandingkan perkiraan bulan lalu.
Karena hal ini, para gubernur bank sentral terus menaikkan suku bunga, risiko meningkat bahwa biaya pinjaman yang lebih tinggi akan menyebabkan investasi yang lebih rendah dan pertumbuhan yang lebih lambat.