kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PHK maskapai tetap naik meski berbagai negara sudah kucurkan bantuan US$ 85 miliar


Senin, 04 Mei 2020 / 16:17 WIB
PHK maskapai tetap naik meski berbagai negara sudah kucurkan bantuan US$ 85 miliar
ILUSTRASI. Pesawat Alitalia. PHK maskapai tetap naik meski berbagai negara sudah kuncurkan bantuan US$ 85 miliar. REUTERS/Tony Gentile/File Photo


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - LONDON. Pemerintah di banyak negara telah mengucurkan lebih dari US$ 85 miliar untuk menopang maskapai penerbangan yang terpukul keras setelah pandemi virus corona baru (Covid-19) menghanguskan permintaan perjalanan.

Kendati bantuan sudah begitu besar, namun pemutusan hubungan kerja (PHK) industri penerbangan tetap meningkat. Pekan lalu, di Eropa diumumkan telah memberhentikan 20.000 karyawan. Kondisi ini telah menimbulkan perdebatan apakah keran bantuan tersebut efektif atau hanya sekedar menunda para maskapai itu berguguran.

Baca Juga: Gara-gara corona, properti Hong Kong tak lagi dirilik investor China

Sekitar 80% kapasitas penerbangan tetap menganggur, sementara sebuah kenaikan di China telah terhenti, mendorong organisasi maskapai dunia (IATA) yang menyarankan pemulihan akan menjadi berliku. Menurut Kepala Eksekutif Delta Air Lines Inc Ed Bastian, kemungkinan akan butuh tiga tahun bagi industri penerbangan untuk kembali bangkit secara berkelanjutan jika melihat dampak keuangan yang sudah terjadi saat ini dan langkah-langkah keamanan yang mungkin diperlukan.

Perdebatan juga meningkat apakah bantuan tunai akan mengganggu perampingan yang diperlukan sektor ini, mengingat kebanyakan yang mendapat bantuan adalah maskapai pelat merah atau mantan flaship carrier. Sedangkan saingan mereka yang lebih ramping hanya bisa mengandalkan sumber daya mereka sendiri.

CEO Ryanair Holdings Plc Michael O'Leary telah menentang gagasan bantuan negara karena secara inheren tidak adil dan merugikan daya penetapan harga bagi operator yang masih berdiri di atas kaki mereka sendiri.

Berikut kondisi sejumlah maskapai besar di dunia yang dirangkum Bloomberg, Senin (4/5).

1. Air France-KLM
Maskapai telah mendapat bantuan US$ 12 miliar dari pemerintah Prancis dan Belanda. Namun, KLM masih berencana memangkas hingga 2.000 pos pekerjaan dan telah mengambil keuntungan dari program cuti. Sementara di Air France belum ada kabar terkait pemangkasan karyawan. CEO Ben Smith, CEO Air France-KLM mengatakan butuh waktu dua tahun atau lebih bagi industri untuk pulih. Harga sahamnya maskapai ini telah turun 53% tahun ini.

Baca Juga: Trump ancam batalkan perjanjian dagang fase I jika China gagal beli produk AS

2. Alitalia
Maskapai ini telah dinasionalisasi dan akan diambil alih secara penuh oleh pemerintah Italia pada Juni 2020. Sudah mendapatkan pendanaan 2,1 miliar euro sejak tahun 2017. Telah melakukan PHK terhadap 6.8000 pekerja.

3. American Airlines
Telah memperoleh bantuan dari negara sebesar US$ 5,8 miliar untuk menggaji karyawan dan sedang merundingkan persyaratan untuk pinjaman federal terpisah US$ 4,75 miliar. Sebanyak 39,000 karyawannya secara sukarela mengambil cuti, mengurangi jam kerja atau pensiun dini. Maskapai ini tengah mengevaluasi untuk memberhentikan sebagaian dari hampir 130.000 karyawannya. Sahamnya telah turun 58% hingga akhir April.

4. Cathay Pacific
Tidak mendapatkan bailout, meskipun Hong Kong memberikan paket senilai HK$ 2,6 miliar (US$ 340 juta) kepada industri penerbangan termasuk keringanan biaya bandara dan biaya lainnya. Maskapai ini telah meminta stafnya ikut program cuti hingga 30 Juni mendatang. CEO maskapai ini, Augustus Tang mengatakan tidak bisa memprediksi kapan permintaan perjalanan akan bangkit kembali. Saham perusahaan ini sudah turun 20% tahun ini.

5. Chinese Big Three
Tidak ada dana talangan yang diumumkan untuk China Southern Airlines Co, China Eastern Airlines Corp, dan Air China Ltd walaupun ketiganya telah membukukan kerugian kolektif US$ 2 miliar untuk kuartal pertama 2020. Ketiga maskapai ini tidak pernah mengumumkan ke publik terkait pemangkasan karyawan. Harga saham Air China telah turun 29,6%, China Selatan turun 26% dan China Timur anjlok 25% tahun ini.

Baca Juga: Intel AS tuduh China sembunyikan data corona agar bisa menimbun pasokan alat medis

6.Delta Air Lines
Maskapai yang berbasis di Atlanta ini akan menerima US$ 5,4 miliar dalam bantuan gaji AS. Ini juga mengajukan pinjaman federal sebesar US$ 4,6 miliar, tetapi memiliki waktu hingga September untuk memutuskan apakah akan mengambilnya. Lebih dari sepertiga karyawan perusahaan ini atau 37.000 orang telah mengambil cuti tanpa bayaran mulai dari 30 hari hingga satu tahun. Sahamnya telah anjlok 56% tahun ini.

7. Deutsche Lufthansa
Pemerintah Jerman, Swiss, Austria dan Belgia bersama-sama mencari penyelamatan untuk maskapai ini sebesar 10 miliar euro. Perusahaan ini mengatakan kemungkinan akan memangkas10.000 pekerja untuk bertahan hidup dari krisis. Harga sahamnya telah anjlok 50% tahun ini.

8. EasyJet
Telah mengumpulkan bantuan 600 juta pound (US$ 750 juta) melalui Covid Corporate Finance Facility pemerintah AS. Maskapai ini telah menghentikan penerbangan dan memberikan cuti kepada karyawannya. Hingga kini belum ada kabar PHK dari perusahaan ini. Sementara harga sahamnya telah anjlok 60% tahun ini. Sang CEO Johan Lundgren mengatakan, penerbangan tidak akan pulih kembali sebelum krisis Covid-19 mencuat hingga tahun 2022.

9. Emirates dan Etihad
Dubai mengatakan akan memberikan dukungan keuangan untuk Emirates, tetapi tidak ada bailout yang diumumkan untuk Etihad. Gaji karyawan Emirates telah dipangkas tetapi perusahaan mengatakan tidak akan melakukan PHK. Sedangkan Etihad telah memperingatkan tidak akan bisa menghindari pemangkasan karyawan. Presiden Emirates Tim Clark dan CEO Etihad Tony Douglas mengatakan, permintaan perjalanan tidak akan kembali ke tingkat semua hingga pada 2023.

Baca Juga: Duh, kasus virus corona di dunia tembus 3,5 juta

10. IAG
Mendapatkan 1,1 miliar euro dalam pinjaman yang didukung pemerintah Spanyol untuk lini Iberia dan Vueling nya. Maskpai ini berencana untuk menghilangkan sebanyak 12.000 pekerjaan, setelah 22.000 staf cuti. BBC melaporkan bahwa operator juga mempertimbangkan untuk menutup hub sekundernya di bandara London Gatwick. Harga Sahamnya telah anjlok 66% tahun ini.

11. Norwegian Air, SAS
Norwegian berencana melakukan restrukturisasi untuk membuka sebagian besar paket 3 miliar krone (US$ 290 juta) dalam jaminan pinjaman pemerintah. Saingannya SAS telah menyetujui 3 miliar kronor ($ 300 juta) jaminan dari Swedia dan Denmark dan $ 146 juta dari Norwegia.

SAS telah memangkas 5.000 pekerjaan atau 40% dari tenaga kerja. Norwegia telah menempatkan perusahaan pilot dan awak kabin di Denmark dan Swedia ke dalam perlindungan kebangkrutan, mempengaruhi sekitar 1.500 pilot dan lebih dari 3.000 awak kabin.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×