Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - CEO Meta Platforms, Mark Zuckerberg, bertemu dengan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, pada hari Selasa (27/2). Keduanya berdiskusi tentang risiko dari penggunaan kecerdasan buatan atau AI.
Melansir CNA, keduanya berbincang mengenai AI generatif dan masa depan teknologi selama 30 menit. Zuckerberg juga ditemani oleh Joel Kaplan, wakil presiden kebijakan publik global Meta.
"Kami melakukan perbincangan yang baik dan produktif tentang AI dan masa depan teknologi. Saya sangat bersemangat dengan pekerjaan yang dilakukan di Jepang ini," kata Zuck.
Baca Juga: Baidu Berkolaborasi dengan Lenovo untuk Menyuntikkan AI ke Smartphone di China
AI generatif adalah teknologi yang dapat memunculkan teks, gambar, dan audio hanya dalam hitungan detik dari perintah sederhana. Teknologi ini semakin populer sejak OpenAI merilis ChatGPT.
Sayangnya, kemampuan ChatGPT kerap digunakan untuk membuat informasi palsu, bahkan terkait masalah politik di beberapa negara yang akan menyambut pemilu.
Meta adalah salah satu dari 20 perusahaan teknologi besar yang bulan ini menandatangani janji untuk menindak konten AI yang dimaksudkan untuk menipu pemilih menjelang pemilu. OpenAI juga jadi salah satu perusahaan yang terlibat.
Baca Juga: OpenAI Perkenalkan Sistem AI Baru, Mampu Ubah Teks Menjadi Video
Para perusahaan teknologi sebelumnya telah sepakat untuk menggunakan standar watermarking umum yang akan menandai gambar yang dihasilkan oleh aplikasi AI seperti ChatGPT, Llama (Meta), Copilot (Microsoft), dan Gemini (Google).
Setelah ini Zuckerberg juga akan bertemu dengan CEO LG Electronics di Korea Selatan untuk membahas pengembangan headset realitas campuran (mixed-reality) untuk bersaing dengan Vision Pro milik Apple.
Dirinya juga dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, dan para pemimpin Samsung.