Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdana Menteri Kamboja Hun Sen bertemu dengan penguasa militer Myanmar Min Aung Hlaing pada hari Jumat (8/1) di tengah kritik atas kunjungan pertama seorang kepala pemerintahan sejak tentara merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih tahun lalu.
Hun Sen disambut oleh pengawal kehormatan dan karpet merah ketika dia tiba pada hari Jumat, tepat ketika protes dari penentang kudeta pecah di bagian lain Myanmar karena khawatir perjalanannya akan memberikan lebih banyak legitimasi kepada junta yang berkuasa.
Melansir Reuters, Sabtu (8/1), Televisi pemerintah Myanmar menayangkan gambar kedua pemimpin yang saling berbenturan siku dan duduk untuk berunding di kursi berlapis emas.
Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Mengutuk Aksi Kekerasan Militer Myanmar yang Tewaskan 35 Orang
Kunjungan dua hari Hun Sen adalah yang pertama dari seorang kepala pemerintahan sejak tentara menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021 yang memicu protes berbulan-bulan dan tindakan keras berdarah.
Pemimpin Kamboja, yang telah dikritik atas tindakan keras terhadap lawan politiknya di dalam negeri, mengatakan dia melakukan kunjungan untuk menekankan rencana perdamaian Myanmar yang disponsori oleh Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Kamboja saat ini adalah ketua dari 10 anggota ASEAN, yang mengadopsi rencana perdamaian "konsensus" lima poin pada bulan April.
Beberapa negara ASEAN lainnya termasuk Indonesia telah menyatakan frustrasi atas kegagalan junta untuk melaksanakan rencana tersebut, termasuk mengizinkan seorang utusan untuk bertemu Suu Kyi, yang telah ditahan sejak kudeta.
Baca Juga: Ratusan Warga Myanmar Kabur ke Thailand Setelah Bentrok dengan Tentara
Di Myanmar, penentang kekuasaan militer mengatakan Hun Sen, yang merebut kekuasaan di Phnom Penh dalam kudeta 1997, mendukung junta dengan melakukan perjalanan itu.