kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.237.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.700   60,00   0,36%
  • IDX 8.075   14,03   0,17%
  • KOMPAS100 1.118   1,84   0,16%
  • LQ45 793   -0,95   -0,12%
  • ISSI 282   0,88   0,31%
  • IDX30 416   -0,03   -0,01%
  • IDXHIDIV20 473   -1,36   -0,29%
  • IDX80 123   0,44   0,36%
  • IDXV30 132   0,20   0,16%
  • IDXQ30 131   -0,12   -0,09%

PMI Manufaktur Jepang Turun ke 48,5 pada September 2025, Sinyal Kontraksi Berlanjut


Rabu, 01 Oktober 2025 / 08:54 WIB
PMI Manufaktur Jepang Turun ke 48,5 pada September 2025, Sinyal Kontraksi Berlanjut
ILUSTRASI. A worker cycles near a factory at the Keihin industrial zone in Kawasaki, Japan February 17, 2016. REUTERS/Toru Hanai/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Aktivitas manufaktur Jepang kembali menyusut pada September 2025 dengan laju penurunan tercepat dalam enam bulan terakhir.

Tekanan datang dari pelemahan permintaan di pasar utama seperti China serta dampak tarif impor dari Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan survei swasta S&P Global pada Rabu (1/10/2025), Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Jepang turun menjadi 48,5 pada September, dari posisi 49,7 pada Agustus.

Baca Juga: Pemangkasan Energi Terbarukan Jepang Pecah Rekor, Nuklir Kian Dominan

Angka ini masih berada di bawah level 50 yang menandakan kontraksi, sekaligus mencatatkan penurunan paling tajam sejak Maret.

Output manufaktur tercatat turun signifikan, seiring merosotnya pesanan baru, termasuk dari pasar ekspor.

Permintaan ekspor Jepang memang masih tertekan, meski laju pelemahannya sedikit melambat dibandingkan Agustus.

Perusahaan menyebut lemahnya permintaan dari China dan dampak tarif AS sebagai faktor utama.

Dari sisi ketenagakerjaan, pertumbuhan melambat ke level terendah sejak Februari. Hal ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku usaha di tengah kepercayaan bisnis yang merosot ke titik terendah sejak April.

Baca Juga: Ekonomi Jepang Pulih, tapi Industri Otomotif Tertekan Tarif AS

“Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa tanpa adanya perbaikan signifikan pada permintaan domestik maupun global, sektor manufaktur Jepang akan sulit mencatatkan pertumbuhan berarti dalam waktu dekat,” ujar Annabel Fiddes, Economics Associate Director di S&P Global Market Intelligence.

Meski begitu, inflasi biaya input naik tipis ke level tertinggi tiga bulan terakhir akibat kenaikan harga bahan baku dan tenaga kerja.

Untuk menjaga margin, perusahaan manufaktur tetap menaikkan harga jual dengan laju yang solid.

Selanjutnya: Bakal Jadi Pengendali Baru, Morris Capital Siap Suntik Modal Rp 3 Triliun ke PIPA

Menarik Dibaca: 5 Daftar Promo Kopi Favorit dengan BCA Periode Oktober, Tomoro hingga Kopi Kenangan




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×