Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Aktivitas manufaktur Jepang kembali menyusut pada Agustus 2025, tertekan oleh melemahnya pesanan dari luar negeri seiring dampak tarif impor Amerika Serikat mulai menekan sektor industri yang sangat bergantung pada ekspor.
Mengacu survei swasta S&P Global, indeks manufaktur Jepang atau Manufacturing Purchasing Managers’ Index (PMI) tercatat di level 49,7 pada Agustus.
Baca Juga: Output Pabrik Jepang Turun Lebih Dalam pada Juli, Penjualan Ritel Mengecewakan
Angka ini sedikit lebih rendah dari estimasi awal 49,9, namun membaik dibandingkan posisi Juli di level 48,9.
Meski demikian, PMI masih bertahan di bawah ambang batas 50,0, penanda kontraksi selama dua bulan berturut-turut.
Menurut laporan S&P Global, perlambatan kontraksi output pabrik memberi dorongan kecil pada indeks utama.
Namun, pesanan baru tetap menurun dengan laju yang sama seperti bulan sebelumnya, mencerminkan kondisi pasar yang lesu.
“Yang paling mengkhawatirkan adalah penurunan lebih tajam pada pesanan ekspor baru, yang tercatat sebagai yang terdalam dalam hampir satu setengah tahun,” ujar Annabel Fiddes, Economics Associate Director di S&P Global Market Intelligence, Senin (1/9/2025).
Penurunan pesanan ekspor baru itu merupakan yang tercepat sejak Maret 2024, terutama dari pasar utama seperti China, Eropa, dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Inflasi Inti Tokyo Melambat Tetapi Tetap di Atas Target BOJ
Data resmi Juli lalu juga menunjukkan ekspor Jepang mencatat penurunan terbesar dalam lebih dari empat tahun, dipicu oleh turunnya ekspor mobil ke AS. Produksi industri pun anjlok lebih dari perkiraan.
Pada Juli, Tokyo dan Washington memang mencapai kesepakatan dagang untuk menurunkan tarif AS atas produk Jepang dengan imbalan paket investasi Jepang ke AS senilai US$550 miliar. Namun, masih ada ketidakpastian terkait implementasi perjanjian tersebut.
Di sisi lain, survei PMI mencatat adanya sinyal positif pada lapangan kerja. Perusahaan manufaktur menambah tenaga kerja untuk bulan kesembilan berturut-turut sebagai persiapan menghadapi potensi kenaikan permintaan di masa depan.
Kendati begitu, kepercayaan bisnis pelaku industri melemah ke level terendah tiga bulan terakhir.
Penyebabnya antara lain kekhawatiran terhadap permintaan konsumen, penuaan populasi, dan beban tarif AS.
Baca Juga: Negosiator Perdagangan Jepang Batal Berkunjung ke AS untuk Selesaikan Pakta Investasi
Sementara itu, inflasi biaya input naik tipis dari level terendah dalam empat setengah tahun pada Juli.
Namun, harga jual justru tumbuh paling lambat dalam lebih dari empat tahun akibat ketatnya persaingan pasar dan tuntutan diskon dari pelanggan.