Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - Di balik kemajuan dan gemerlap ekonominya, Singapura ternyata menyimpan masalah ekonomi pelik dan potensial mengganjal pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Problem yang akan dihadapi Negeri Merlion itu sama seperti yang Jepang alami sekarang. Yakni, ledakan populasi penduduk yang semakin menua dalam dua dekade ke depan.
Jepang sudah dan sedang menghadapi masalah akut ini. Bahkan, pertumbuhan penduduk Jepang sudah minus. Ini yang membuat Negeri Sakura tersebut kesulitan mengangkat ekonominya karena angkatan kerja di Jepang terus merosot dalam 10 tahun terakhir.
Nah, menurut riset terbaru studi Oxford Economics, gara-gara pertumbuhan cepat populasi yang kian menua tersebut, Singapura harus menghadapi pukulan ganda. Yaitu, angkatan kerja yang menyusut, serta pelambatan pertumbuhan pasar tenaga kerja dibandingkan negara tetangganya. Padahal, dua indikator tersebut penting untuk menggerakkan perekonomian.
Sebagai gambaran, setiap penurunan 1% pertumbuhan pasokan tenaga kerja akan mengurangi setengah hingga dua pertiga poin dari persentase pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Studi Oxford Economics memperkirakan, pertumbuhan pasokan tenaga Singapura akan menyusut 1,7% per tahun dalam 10 tahun sampai 2026 mendatang. Dan menciut lagi 2,5% dalam satu dekade setelahnya. "Itu adalah laporan ekonomi yang buruk," kata Louis Kuijs, Kepala Ekonomi Asia Oxford seperti dilansir Bloomberg.
Kebijakan pembatasan dan pengetatan imigrasi menjadi salah satu faktor penurunan populasi penduduk usia kerja di Singapura tersebut. Padahal, dalam satu dekade terakhir, masuknya tenaga kerja asing cukup membantu pasar tenaga kerja Singapura.
Bukan Singapura saja yang di depan mata bakal menghadapi masalah ledakan populasi yang menua. Studi Oxford menyebutkan, sejumlah negara Asia lain pun akan menemui tantangan demografis selama dua dekade ke depan. Celakanya, upaya untuk meningkatkan tingkat partisipasi tenaga kerja, seperti dengan menarik lebih banyak perempuan ke dalam angkatan kerja dan menaikkan usia pensiun, hanya akan sedikit membatasi dampak negatifnya.
Ekonomi Korea Selatan dan Taiwan juga akan terpukul oleh menurunnya pasokan tenaga kerja dalam beberapa dekade ke depan. Sementara beberapa negara lain, seperti Thailand, pasokan tenaga kerjanya memang tidak akan menurun dalam 10 tahun mendatang. Cuma di dekade berikutnya, pasokan tenaga kerja Negeri Gajah Putih itu akan menurun 1,1% per tahun.
Yang masih beruntung Filipina dan Indonesia. Dua negara Asia Tenggara ini masih diuntungkan bonus populasi yang lebih muda dan berkembang. Hanya saja tantangannya adalah negara tersebut harus lebih banyak meningkatkan produktivitas ekonominya untuk menyerap angkatan kerja. "Fokusnya pada integrasi ekonomi dan investasi teknologi," kata Chris Humphrey, Direktur Eksekutif European Union-ASEAN Business Council.