Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Negara polisi Assad dikenal sebagai salah satu yang paling kejam di Timur Tengah, dengan ratusan ribu tahanan politik yang ditahan dalam kondisi mengerikan.
Baca Juga: Bank Dunia Tambah Dana US$ 100 miliar untuk Negara-negara Termiskin
Pada Minggu, tahanan yang lega namun sering kali bingung, membanjiri jalan-jalan setelah dibebaskan dari penjara. Keluarga yang bersatu kembali menangis bahagia.
Tahanan yang baru bebas difilmkan berlari di jalan-jalan Damaskus sambil menunjukkan tangan mereka untuk menandakan berapa tahun mereka berada di penjara.
Organisasi penyelamat White Helmets menyatakan, telah mengirimkan tim darurat untuk mencari sel bawah tanah yang diduga masih menyimpan tahanan.
Dengan pemberlakuan jam malam oleh pemberontak, Damaskus tetap tenang sepanjang malam, dan jalan-jalan menuju kota sebagian besar kosong.
Satu pusat perbelanjaan dijarah pada Minggu, sementara beberapa orang merangsek masuk ke istana presiden Assad dan membawa keluar furnitur.
Koalisi pemberontak menyatakan, sedang menyelesaikan proses transfer kekuasaan kepada badan pemerintahan transisi dengan kekuasaan eksekutif, mengacu pada slogan "Membangun Suriah bersama."
Golani, seorang Muslim Sunni yang merupakan mayoritas di Suriah, menegaskan pentingnya persatuan di negara yang juga dihuni oleh berbagai sekte agama, termasuk Kristen dan Alawi—sekte Syiah yang dianut oleh keluarga Assad.
Baca Juga: Rusia dan AS Bentrok dan Berseteru di PBB, Ini Penyebabnya
Dunia Terkejut
Kecepatan perkembangan peristiwa mengejutkan ibu kota dunia dan meningkatkan kekhawatiran akan ketidakstabilan lebih lanjut di kawasan yang sudah bergolak dengan perang Gaza, serangan Israel di Lebanon, dan ketegangan antara Israel dan Iran.
Komando Pusat AS menyatakan pasukannya melancarkan puluhan serangan udara yang menargetkan kamp dan operatif Negara Islam (ISIS) di Suriah tengah pada Minggu.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyebut telah berbicara dengan Menteri Pertahanan Turki Yasar Guler, menekankan pentingnya melindungi warga sipil dan menyatakan bahwa Amerika Serikat memantau situasi dengan seksama.
Selama perang saudara yang pecah pada 2011, pasukan Assad dan sekutu Rusia membombardir kota-kota hingga hancur.
Krisis pengungsi yang melanda Timur Tengah menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah modern, yang mencapai puncaknya ketika satu juta orang tiba di Eropa pada 2015.
Dalam beberapa tahun terakhir, Turki mendukung beberapa pemberontak di wilayah kecil di barat laut dan di sepanjang perbatasannya.
Sementara itu, AS yang memiliki sekitar 900 tentara di Suriah, mendukung aliansi yang dipimpin Kurdi yang berperang melawan jihad ISIS dari 2014 hingga 2017.