Sumber: Xinhua | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Tekad dan upaya China mempromosikan perdagangan bebas disokong oleh terobosan penting dalam negosiasi dalam Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), sebuah perjanjian perdagangan regional terbesar.
Berita resmi pemerintah China, Xinhua dalam salah satu artikelnya menulis, sebanyak 10 anggota Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan enam mitra perdagangan bebas Asia-Pasifiknya, yaitu China, Jepang, Republik Korea, India, Australia dan Selandia Baru menyatakan telah menyelesaikan negosiasi berbasis teks dan pada dasarnay semua masalah akses pasar mereka.
Baca Juga: Presiden China Xi Jinping serukan agar hambatan perdagangan global diruntuhkan
Nantinya negara-negara ini akan menyelesaikan masalah yang tersisa dan kesepakatan akan ditandatangani tahun depan.
Pada upacara pembukaan Expo Impor Internasional China Kedua atau Second China International Import Expo (CIIE) pada hari Selasa, Presiden China Xi Jinping mengatakan, ia berharap perjanjian RCEP itu akan ditandatangani dan mulai berlaku secepatnya.
"Xi menyatakan China dengan senang hati menandatangani perjanjian perdagangan bebas standar tinggi tersebut dengan lebih banyak negara," tulis editorial Xinhua, Rabu (6/11).
Xi juga menyatakan China menentang proteksionisme dan unilateralisme serta percaya pada solusi yang tepat untuk mengatasi perbedaan dan gesekan melalui konsultasi dan kerjasama. Menurut Xi semua masalah dapat diselesaikan dalam semangat kesetaraan, saling pengertian dan akomodasi.
Baca Juga: China akan manfaatkan giant import fair untuk perkuat pengaruh perdagangan globalnya
Melalui pernyataan itu, Tiongkok menyerukan kepada dunia untuk melindungi sistem perdagangan multilateral, mempromosikan liberalisasi dan fasilitasi perdagangan serta investasi dan membuat globalisasi ekonomi lebih terbuka, inklusif, seimbang dan bermanfaat bagi semua.
China juga menyatakan telah lama menjadi negara yang menerima manfaat dari keterbukaan perdagangan. Sebagai kebijakan nasional yang mendasar, China menyatakan prinsip keterbukaan selama beberapa dekade terakhir telah membantu mengubah China menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dan menjadi salah satu tujuan investasi terbesar.
Baca Juga: China menekan Trump menghapus lebih banyak tarif untuk kesepakatan fase satu
Pada CIIE pertama tahun lalu, China menyampaikan banyak janji. Sejak itu, China mengklaim telah menepati komitmennya, dengan menghilangkan keraguan bahwa China gagal memenuhi janjinya.
Pada tahun lalu, China juga mengesahkan undang-undang investasi asing dan peraturan baru tentang optimalisasi lingkungan bisnis, mempersingkat daftar negatif untuk investasi asing dan meningkatkan pembukaan sektor manufaktur dan keuangan.
Selain itu, China juga berhasil meluncurkan dewan inovasi sci-tech gaya Nasdaq, memperluas zona perdagangan bebas di Shanghai, membuat enam zona perdagangan bebas dan meningkatkan rencana pengembangan terpadu untuk wilayah Delta Sungai Yangtze.
Baca Juga: Tips sukses dari Miliarder Ray Dalio pendiri hedge fund terbesar di dunia
China juga mengurangi bea impor, memfasiltasi bea cukai dan mengembangkan perdagangan lintas batas.
China juga menyatakan telah menunjukkan ketulusan dan tekad mendorong keterbukaan dengan melonggarkan akses ke pasar China yang sangat besar bagi masuknya bisnis asing.
Selama lima tahun terakhir, China telah berkontribusi terhadap 22,7% pertumbuhan ekonomi global. Dengan populasi penduduk 1,4 miliar dan kelas menengah lebih dari 400 juta jiwa, China telah menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi global.
Pada upaya pembukaan CIIE kedua, Xi berjanji untuk mendorong pembukaan tingkat lebih tinggi ekonomi China melalui lima langkah untuk meyakinkan seluruh dunia bahwa China adalah pendukung setia ekonomi terbuka dan perdagangan bebas.
Baca Juga: China yakinkan Uni Eropa serius membuka pasarnya bagi perusahaan asing
Xi juga mendesak upaya berkesinambungan untuk membuka pasar CHina, mengoptimalkan struktur pembukaan, meningkatkan lingkungan bisnis, memperdalam kerjasama multilateral dan bilateral dan memajukan kerjasama Belt and Road (sabuk dan jalan).
Setiap negara harus bergandengan tangan untuk mempromosikan globalisasi dan perdagangan bebas, dan bukannya membangun tembok proteksionisme. Tidak ada yang bisa makmur dalam isolasi.